Selasa, 01 Oktober 2019

Lintah Darat Berkerah Putih: Perampok Dengan Senjata Pujian dan Analisa

Semenjak 2008, tepatnya akhir masa SMA, saya sudah tertarik mengikuti perkembangan konspirasi dunia. Saat itu biasanya bahasan konspirasi selalu tersaji di ruang diskusi tatkala mengikuti mentoring, sebagai bahan selipan. Apakah berarti rutinitas saya berpotensi menyulap pengikutnya jadi radikal?
Menurut hemat saya, aktifitas ini bukan 'radikalisme’. Alih-alih membahas pergantian -ideologi negara -yang kita biasa sebut makar-, rutinitas itu lebih terfokus mendalami tentang fakta-fakta tersembunyi di balik kasus-kasus kontroversi dunia, hingga bagaimana kasus tersebut ditampilkan sesuai selera media.
Salah satu konspirasi yang saya kaji cukup mendalam adalah tentang 'Lintah Darat Berkerah Putih'.
Siapa itu?
Mungkin lebih familiar di telinga kita adalah tengkulak yang biasa menagih jatuh tempo, atau malah lintah darat yang biasa menghisap darah. Untuk memahami siapa itu Lintah Darat Berkerah Putih, coba bayangkan saat kita pinjam sekitar 1 milyar untuk bikin usaha –pada orang yang kita kira ramah, tulus, baik hati, dan dermawan-. Selain penampilan dan sikapnya terlihat ‘dermawan’, terngkulak berwajah ramah ini kerapkali memberikan saran perencanaan bisnis dan beberapa kelonggaran dalam pembayaran yang sebenarnya punya bahaya terselubung.
Darimana bahaya tersebut?
Si Lintah Darat itu akan mengarahkan seolah-olah bisnis yang akan kita dirikan akan sukses dengan beragam, bahkan punya pengembalian investasi berlipat ganda di kemudian hari. Saking kita terlena dengan tawaran sang tengkulak, jadilah kita terperosok diarahkan untuk cairkan uang pinjaman yang dia berikan. Selalu dalam bentuk cek bank, bukan cash –yang biasanya dikelola oleh mitra setia sang tengkulak- dengan sejumlah prasyarat yang cukup mengecoh. Kita, yang awalnya mengira usaha kita akan mendulang untung, malah akan menyadari di kemudian hari bahwa semua asset perlahan akan dijadikan miliknya, -meski kita sudah berusaha membayar pinjaman dalam jangka waktu cepat atau lambat-.
Mengapa kita sangat berisiko tertipu dengan model seperti ini?
Jadi dalam perjalanan kita membayar uang, dan mengelola usaha, sang tengkulak akan terus mengirimkan “berita baik tapi bohong” soal keringanan-keringanan pinjaman, tidak lupa disertai statistik dan grafik yang memukau . Entah dengan laporan palsu, analisa, dan insentif persenan yang kadang mengandung jebakan batman. Saat kita berada di titik bangkrut, seringkali justru bank mitra sang tengkulak yang akan secara mendadak mengakuisisi semua asset usaha kita diluar persetujuan.
Mengerikan bukan? Ya itulah modus utama Economic Hit Man, yang digaungkan oleh John Perkins. Pada kasus yang real, tengkulak tipe seperti ini, lebih sering menyasar bukan pada pemilik UKM, melainkan sebuah perusahaan negara, hingga NEGARA ITU SENDIRI.
Pengakuan Seorang Lintah Darat Kerah Putih, ditulis oleh John Perkiins
Siapakah John Perkins? Apakah dia patut dipercaya?
John Perkin sejatinya adalah mantan Lintah Darat Berkerah Putih (Economic Hit Man), yang kemudian bertaubat dari ‘bisnis kotor’ skala masif ini. John Perkins lebih lanjut memaparkan bahwa Economic Hit Man (EHM) ini ‘berwujud’ seorang intelek jagoan analisa yang memiliki beragam sertifikasi pendidikan tinggi, dengan modus penipuan yang canggih. Jadi, penipuan terhadap sasarannya dilakukan dengan modus mengalirkan uang dari Bank Dunia, -atas nama investasi- dan menjalin kerja sama dengan beragam agensi ekonomi makro yang punya nafsu kapitalis dengan dalih ‘pembangunan’ global.
Padahal, sejatinya dialirkan menuju rekening perusahaan global besar, berikut saku segelintir pemiliknya yang kaya raya , dengan tujuan asli untuk penguasaan sumber daya alam suatu negara. Lalu, mereka menipu dengan laporan keuangan palsu, pemilihan umum yang dirancang dengan konspirasi, korupsi, pemerasan, hingga kasus pembunuhan 'pura-pura'. (PS: Saya baca Economic Hitman, biasanya kasus pembunuhan pura-pura ini dikemas dalam kedok pemberantasan terorisme atau pewadahan aspirasi rakyat)
Siapa saja yang menjadi mitra Economic Hit Man dalam operasi terselubungnya?
Mereka seringkali tampil bagaikan sebuah tim konsultan terpercaya, dan mereka lihai menyembuyikan ‘pekerjaan kotor’ ini bahkan di hadapan keluarga mereka sendiri. John Perkins , dalam bukunya Confessions of Economic Hit Man (2004), mengakui dirinya terlibat saat ia bekerja di sebuah pekerjaan konsultan di Boston, A.S. Ia kemudian mengungapkan bahwa Economic Hita Man sudah seperti jaringan mafia massif yang bisa memperdaya orang cacat hingga orang tuna susila demi tujuan penipuan politik.
Sadis? Ya, menurutku. Beberapa dosa yang selama ini ditanggung oleh Economic Hit Man,- (EHM) yang diluputkan dari sejarah- adalah kematian Presiden Panama dan Ekuador. John Perkins sendiri saat itu mengiyakan tawaran pekerjaan berdosa ini dari bos perusahaannya.

“Kamu mau ikut ini atau tidak? Jika ya, jangan sampai kamu keluar dari kantor ini”
Selama John Perkins menjadi EHM, ia perlahan terjerumus ilmu terlarang tentang ‘pengerukan kekayaan negara melalui penipuan’ yang bernama Korporatokrasi. Melalui beberapa macam tahap. Pertama, ia terlibat membuat laporan fiktif agar lembaga-lembaga bantuan negara mengeluarkan utang. Dana itu kemudian disalurkan ke proyek infrastruktur perusahaan besar milik negara Barat. Kedua, Perkins dan timnya diminta untuk ‘memiskinkan’ negeri penerima hutang. Setelah hutang negara yang ‘terkelabui’ tersebut sudah menggunung, barulah sang negara pengutang akan menjadi ‘tubuh inang’ dari ‘economic hit man’. Yang mengerikan, presiden negara penghutang akan ditekan supaya memberikan voting memilih negara “pemberi hutang” di dewan keamanan PBB, atau menghibahkan lokasi untuk “pasukan militer negara penghutang”. Pilihan lainnya, negara penghutang juga akan ditekan untuk menjual ladang minyak atau kekayaan alam.
Tingkatan-Tingkatan Korporatokrasi
Sialnya, Indonesia pernah terbujuk rayu manis Economic Hit Man di tahun 1971. Saat itu , Perkins bermanis-manis bibir tentang pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Indonesia (GNP). Angka-angka itu lalu dipoles dan dipercantik sesuai selera agar membuai para petinggi negara. Angka fantastis ini kemudian di laporkan pada bank dunia atau IMF (yang merupakan gudangnya para ahli gombal dan ahli janji manis ), lalu mereka berpura-pura terkesan atau kagum .
Wow, Indonesia is going to be great”……. Pujian berujung jebakan Batman
Perkins kemudian memaparkan “udang dibalik bakwan” dalam modusnya. Setelah Indonesia 'dipuji-puji' pada tahun 1971an, bosnya secara implisit menginstruksikan bahwa: Indonesia akan diperas seperti kain pel oleh presiden AS yang berkuasa saat itu. Bagi negara barat, saat itu Indonesia merupakan ‘real estate’ terbesar dunia yang tidak boleh jatuh ke tangan Uni Soviet maupun China. Mengapa mereka beranggapan demikian? Bagi negara adidaya, Indonesia adalah cadangan minyak yang luar biasa. Sialnya lagi rencana “pengerukan kekayaan negara terselubung “ itu diaminkan oleh pejabat kita saat itu -yang hanya ingin kantongnya tebal-. Jadilah negara kita mulai jadi sasaran 'pembangunan' (padahal pembangkrutan) secara terus-menerus.
Salah satu proyek terkenal di Indonesia yang t merupakan “pemerasan terselubung tukang pukul ekonomi” adalah proyek jangka panjang infrastruktur pembangkit listrik di pulau Jawa pada tahun 1970an. Perkins dan timnya saat itu meyakinkan para pejabat negara dengan memaparkan laporan perencanaan ekonomi yang mengiming-imingi “kesuksesan ekonomi” Indonesia untuk 20-30 tahun k depan. Tujuan laporan prediksi ekonomi tentu saja berniat untuk “menghisap” kekayaan Indonesia melalui pejabat dan agen proxy. Semenjak proyek tersebut berhasil, jadilah Indonesia senantiasa terikat dengan bank dunia dan semua instansi internasional pemberi dana.
Duit mulus padahal mengandung lintah kan ya? Hati-hati penipuan statistik abal-abal.
Akan kemanakah uangnya mengalir?
Fakta dalam buku Economic Hitman, cukup jarang yang kembali ke negara pemberi hutang. Seringkali hanya mengalir ke IMF, bank dunia, dan beragam perusahaan transnasional yang terlibat proyek infrastruktur tersebut. Adakah dana yang mengalir kembali ke perusahaan nasional maupun local? Jarang, tapi yang dapat biasanya adalah yang berafiliasi dengan kepentingan negara pemberi hutang maupun yang jadi makelar proyek. Celaka duabelasnya, duit pinjaman itu seringkali mampir ke kantong penguasa-penguasa sipil, kerabat, maupun keluarga militer yang dipelihara penguasa.
Zaman semakin berubah, John Perkins kemudian menghimbau tentang “korporatokrasi” yang terus berganti baju mengikuti perubahan zaman. Parahnya, korporatokrasi ini kemudian ‘bersembunyi” dalam jubah macam-macam ideologi. Kini sudah 2017, modus pengucuran dana hutang ala Lintah Darat Berkerah Putih itu makin semakin canggih.
(PS: Saya masih simpan foto-foto orang luar negeri yang ‘jalan-jalan’ diangkut pesawat saat Pemilukada dan imigran asing yang punya hak kerja di desktop)
“Om John Perkins, kok bisa Om tobat dari mafia itu?”
John Perkins kemudian mulai terketuk nuraninya saat melihat kemiskinan di negara penghutang. Lantas, diam-diam John menulis buku tentang EHM sebagai wadah pertanggung jawaban dan permintaan maafnya. John lantas semakin terang-terangan menjadi pihak berseberangan dengan “para mafia”, tepat setelah peristiwa 11 September 20o1. Dia lantas mengakui, bahwa Osama Bin Laden diperalat oleh jaringan korporatokrasi , melalui iming-iming persenjataan agar bisa mendongkel rezim pro Uni Soviet di Afghanistan.
Pengakuan John Perkins Tentang Lintah Darat Kerah Putih
Apakah Manfaat bila Economic Hit Man berhasil’ dilhalau? Siapa saja contoh negara yang berhasil keluar dari jerat mereka?
Sayangnya, EHM ini bersifat mati satu tumbuh seribu. Om John mengungkapkan bahwa bila dirinya gagal membujuk suatu negara biar menghutang, akan datang lintah darat kerah putih lainnya yang dikenal dengan julukan “Serigala".
Saya kemudian teringat pada beberapa bahasan majalan intisari; bahwa Libya, Mesir adalah sekian banyak negara yang berhasil keluar dari lintah darat putih haus darah ini. Tapi, malang bagi nasib Pak Mursi, Pak Saddam Husain, dan Pak Qaddafi. Masih kuingat betapa tragis sejarah yang tercatat dalam majalah intisari edisi tahun 2010 yang saya baca saat itu, Sebelum tahun 2000an, Malaysia juga salah satu dari sekian banyak negara yang mampu keluar dari jeratan lingkaran setan “bantuan tengkulak” tersebut dengan slogan mereka “Trade Not did”. Penjajahan ekonomi berhasil dihalau, meskipun menyisakan beberapa hutang.
Pengalaman saya sendiri, sewaktu dulu pernah bekerja di Bandung, saya terkejut mendapati ada perusahaan media swasta yang sudah bisa pasang kabel koaxial di sebuah rumah untuk sambungan internet. Mengapa ini mengejutkan? Jadi memang untuk pemasangan instalasi fiber di suatu daerah perlu ada sambungan lain yang berjarak puluhan meter agar bisa terhubung dengan rumah sasaran fiber optic. Bagi perusahaan negara, tidak mudah untuk memasang fiber di sebuah daerah yang belum banyak sambungan karena perlu menembus regulasi milik pemerintah. Ini hasil diskusi tahun 2015 akhir.
Yang mengherankan, mengapa kabel koaxial sudah bisa terpasang, padahal kabel itu langka. Lebih lanjut lagi, saya sudah sering dengar isu perusahaan swasta yang sangat dipermudah untuk pasang jaraingan. Sementara untuk pasang kabel fiber optik, perusahaan negeri perlu menembus jalur birokrasi maha ribet dengan berlapis-lapis izin perda. Jadi, sebenarnya siapa yang dengan subur bisa bercocok tanam bisnis di atas lahan kita yang punya banyak potensi?
Hari ini, masih tersimpan berita dari majalah bisnis Forbes, tentang Sri Lanka yang akhirnya menjadi korban OBOR- skema pembangunan suatu negara yang katanya sudah 'maju'-. Malang nasib Sri Lanka, akhirnya pelabuhan mereka diserahkan menjadi hak milik kekuatan kuning., setelah bandara yang didanai sang negara pemberi hitung tak banyak menuai hasil.
Akankah kita jadi korban berikutnya..??
BMR
-Seseorang yang baru belajar kritis-
Sumber tulisan:
1. Pengalaman Sendiri
2. Ini Dia Tuhan Baru-A. Muadz .
3. Economic Hitman, John
4. Kisah Kediktatoran Populer Dunia

7 komentar:

  1. Seperti biasanya, tulisan-tulisan di sajikan dengan bobot yang tak bisa di kata remeh.
    Penulis dengan buku bacaan berat. Mantav πŸ‘Œ

    BalasHapus
  2. Terima kasih mas rijal. Mungkin ini juga termasuk konten sensitif. ��

    BalasHapus
  3. Luar biasa πŸ‘, 😲 dari pemikiran yg kritis lahirlah tulisan yg sangat berbobot ini.
    Salut Kak BrianπŸ‘

    BalasHapus
  4. This is a write high class...πŸ‘

    BalasHapus
  5. nio: wah ini hasil dari beberapa kali ikut ceramah,...dna sedikit luapan kekesalan dengan berbasis data. wkkwkwkwk :)

    aysafitri: ya memang kadang miris ketika ada perampok berdasi datang menawarkan manis-manis eh gatahunya mau bawa kabut aset

    mba anis: hahahah masih middle low class. Saling mendoakan supaya tulisan kita lebih nyentrik dan penuh arti.

    Mba hen: alhamdulillah, saya juga terkesan dengan tulisan mbak hen.

    BalasHapus

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...