Sabtu, 19 Oktober 2019

"Abu Hurairah Fans Club"

Tempo hari, saya telah berceloteh tentang 'cinta pada hewan'. Interaksi dengan hewan sejatinya mempunyai fungsi penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di muka dunia. Minimal, menyeimbangkan kehidupan yang ada di sekitar rumah. Maka, binatang pun punya hak dan kewajiban atas mereka yang patut dipenuhi. 

Berbagi soal sedekah dengan orang adakalanya adalah momen yang mengharukan dan berkesan. Tak jarang pula larut dalam haru. Disisi lain, sedekah kepada binatang juga merupakan amal yang cukup krusial. Sebagai teladan, saya banyak berguru pada kisah Nabi Sulaiman AS, dan juga khususnya  Abu Hurairah tentang tata krama terhadap kucing. 

Diantara binatang lainnya, kucing memainkan peran yang cukup penting dalam perjalanan hidup saya. Diawali dengan bagaimana kucing betina 'merelakan' dirinya hidup bersama keluarga saya selama tiga tahun. Selama itu pula adakalanya kami berbagi ikan dan makanan dengan si belang abu itu.Lebih-lebih, keluarga besarku pernah "menjenguk" dia di rumah sakit bersalin cap kardus tiapkali anaknya lahir. 
_
Saya beranjak SMP, si belang abu sudah pergi ke rumah lain. Namun saya tidak terlalu lama absen untuk berinteraksi dengan kucing sekitar sekolahan saya. Tiap bawa bekal ikan, ya kubagi dengan mereka. Kukira berbagi ikan adalah kebiasaan bersedekah yang unik dan autentik. Budaya ini saya genggam sampai sekarang. Di awal Januari ini, kubagi makanan sahur ikan dengan kucing belang hitam, mata berbinarnya tanda lapar cukup membuatku iba ๐Ÿ˜ข.

Di masa kerja praktek, sempat saya tidak bisa pulang ke rumah karena hujan sangat deras. Sontak berteduh di emperan masjid setelah isya adalah pilihan pasti. Seekor anak kucing ikut menumpang berbaring di sarung yang sedang saya kenakan.  Rasa gemas ingin membawanya pulang ke mess muncul, hanya saja saya urungkan. Saya belum siapkan shampo dan makanan kucing, dan juga tak siap mental kalau didamprat bapak penjaga mess๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†.

Seusai lulus kuliah sarjana,  saya sempat mabit di masjid. Lantaran udara cukup dingin, beberapa kucing menepi di pinggir-pinggir masjid. Saya kemudian ingat tentang toko-toko baju di Pakistan yang membukakan pintunya bagi para anjing yang kedinginan. Lalu kucoba teladani dengan membagi jaket sebagai selimut untuk si belang coklat. 

Apakah dengan berlaku demikian, saya sudah mirip Abu Hurairah RA? Mungkin secara fisik baru sekian persen, dan secara amal, takkan mungkin menandingi Abu Hurairah RA. Sungguh Rasul SAW telah menjamin ia akan surga๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡. Yang jelas, kecintaan akan hewan serta memenuhi hak mereka pun membuahkan ketenangan hakiki, baik soal moral ataupun ekosistem. 

Sungguh, saya jadi merindukan masa-masa bersama si belang abu. 

4 komentar:

  1. Klo Abu Hurairah bapaknya kucing, aq kakak-yg lebih sperti ibu๐Ÿ˜…- ... ๐Ÿ˜ญ aq kangen pus-pusq d Mojokerto~
    *maaf,jadi curhat

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. gak papa, memang kucing itu adalah sahabat kita yang terkadang ramah.

    Pusnya nio pasti banyak yaa....

    Welcome to abu hurairah fans club everybody.

    BalasHapus

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...