Senin, 09 September 2019

MIASMA

-Puisi ini disadur dari sejarah kelam salah satu benua di dunia-

Sejarah mengungkap peradaban kelam,

Terbangun oleh asumsi dan syahwasangka.

Saat angkasa menjadi kambing hitam

Atas segala nestapa, bencana, dan duka.

Dimana bila awan bertirai lembayung.

Pucat pasi seolah menahkodai raut muka.

Takut dan getir membuat diri terpasung.

Akan bahaya yang menyaru dibalik udara.

Berlindung dalam rumah takkan datang rasa aman.

Berlari di ajalan-jalan kota kian temukan nestapa. 

Bila wabah-wabah mengintai di kala tiada pencerahan. 

Hanya kebuntuan menunggu kebingungan kita datang menyapa.

Manusia berlomba mencari cara mengurai tragedi.

Supaya nafas tak kian sesak, denyut nadi tak padam terhimpit.
.
Teka-teki peradaban terpecahkan, dimana telah takluk sang biang keladi.

Yang tersembunyi dari air dan tanah senyap bersemayam lalu menguntit

Zaman itu telah tidur panjang, begitu tak terusik 

Tapi hari ini kepulan asap berpadu membuatnya bangkit. 

Ancaman-ancaman langit itu kembali menghujam dengan pelik. 

Hanya mampu kita bungkam mulut dan hidung ini dengan sengit.

10 komentar:

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...