Kamis, 12 September 2019

Lulus Kuliah Belum Tentu Bahagia dan Makmur, Tapi Jangan Berhenti Belajar.

Sejujurnya, ada perasaan sedih saat saya memasuki perusahaan yang basic pekerjaannya tidak banyak relevan dengan bidang yang saya geluti saat kuliah dulu, program Teknik Lingkungan. Tiap hari ngurusin laporan, perencanaan bangunan, pengendalian mutu makanan,pengelolaan sampah, hingga merancang laporan analisa dampak lingkungan. Lalu perlahan kecintaan akan jurusan saya pun tumbuh ketika semester 4 berlangsung.

Saya giat belajar meski IP kadang kembali turun dan perlu mengulang beberapa matkul. Akhirnya lulus dengan nilai  cukup baik, tepatnya masih sangat masuk dengan syarat administrasi yang diajukan
oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan.

Apa daya hingga tahun 2013 akhir, semua perusahaan yang dilamar menghentikan saya sebelum lanjut ke tahap penerimaan. Jadilah saya istikharah, lalu 4 bulan kemudian bermigrasi sementara ke benua
kangguru. Kelar terpontal-pontal. berpetualang di negeri orang sampai ijazah di tangan; akhirnya saya
pun melamar pekerjaan berbau teknik dan keinsinyuran, salah satunya kantor  saha sekarang.

Satu perusahaan lain terpaksa saya tinggalkan lantaran ketika tahap pengetesan, saya tidak mampu hadir karena masalah penting dengan beberapa orang terkasih yang tak bisa dibatalkan mendadak. Lantas begitu masuk perusahaan ini, tiada lagi pipa yang harus kurancang, tiada lagi BOD yang perlu
kuteliti, apa lagi laporan analisa AMDAL yang membuat saya makin antusias bergelut dengan teknik lingkungan. Jadilah yang kudengar setiap ngantor di sini BILLCOM, bill date, put on service, Nilai Jual Kelayakan Investasi, titik distribusi optik. Banyak yang tidak cocok; namun itu semua hanya awalnya.

Ternyata setelah saya jalani, meski perusahaan ini cukup tidak relevan dengan apa yang telah saya pelajari dan geluti, ternyata banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Salah satunya saar penempatan jurusan tidak sesuai bidang di 3 bulan awal tahap pelatihan kerja.

Lantaran banyak istilah baru yang
hampir tidak pernah saya temui ketika kuliah, mau tidak mau saya pelajari. Maka, kecepatan saya dalam mencerna hal baru dan bertahan menekuninya diuji. Wow, belum juga usai 1 bidang dipelajari,
lanjut ke bidang lain hingga berhadapan langsung dengan para pelanggan yang punya masalah akut dengan kantor; terbayang kan kalau grogi bisa berakibat fatal??

Rasanya, pengalaman masa lalu yang sempat jadi buruh angkut, cuci piring,
sampai ‘bermain’ di lusinan proyek dosen, rasanya udah tidak  banyak manfaat saat menemui tantangan. yang saya hadapi sekarang. Karenanya, begitu berhasil menenangkan diri saat pelanggan menguji pengetahuan dan kemampuan saya soal produk, saya merasakan sedikit kemenangan.

Bagaimana kalau saya masih membawa ego jurusan saya kuliah dulu dan enggan terbuka dengan ilmu baru? Bisa jadi pelanggannya jadi ragu sampai churn (beralih produk).

Pada titik itu, saya pun merasakan penasaran yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. "Akan jadi seperti apa ya diri saya di perusahaan yang bergelut dengan produk yang jumlahnya lebih dari 20 dan pelanggannya mencakup 7 segmen ini?? Di sinilah saya merasakan "the flavor of adventure".

Memang tidak memenuhi passion jurusan saya, tapi lebih dari cukup untuk memenuhi nafsu berpetualang dan
menemukan hal hal baru.

Hikmahnya: bukan suatu kesalahan bila kita ga dapat pekerjaan sejurusan, tapi kesalahan terbesar datang ketika kita terlalu fanatik dengan suatu jurusan sampai meremehkan ilmu dan bidang keahlian lain.

11 komentar:

  1. Sangat menarik untuk para sarjana muda

    BalasHapus
  2. Mantap, πŸ˜† macam hidup saya ... G sjurus semua, tp ada relasinya

    BalasHapus
  3. Setuju ... Yang penting mah jalani n tekuni

    BalasHapus
  4. Yang terpenting menebar kemanfaatan bagi sesama

    BalasHapus
  5. Yg penting krja itu cari berkah d samping cri nafkah eh

    BalasHapus
  6. Sepakat dengan tulisan ini. Cari berkahnyalah yang terpenting mah

    BalasHapus
  7. Ngomongin soal jauhnya dari apa yang kita lakukan itu rasanya buat mules, Gan🀣.

    BalasHapus
  8. Subhanallah... Motivasi banget buat calon sarjana yang sedang bingung-bingungnya dalam menatap masa depan...

    Nice...

    BalasHapus

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...