Rabu, 18 September 2019

Dilarang Membaca Sailor -M@@@ Tak Berarti Pensiun Membaca Komik Cewek

Komik dan kartun adalah salah satu hiburan penting yang membentuk jiwa saya sejak usia 5 tahun. Setelah berkutat dengan plot, alur, dan tokoh-tokoh Doraemon, saya punya kecenderungan untuk membaca cerita dengan latar superhero. Sungguh menakjubkan sekali melihat manusia memiliki kekuatan supranatural dan bisa berubah wujud.

Beberapa selera komik saya saat itu antara lain: Kobo-Chan, Sailor-Moon, Land Before Time, Satria Baja Hitam atau Power Ranger. Sailor Moon saya geluti habis-habisan, hingga beberapa dialognya saya hafalkan. Namun bagi orangtua saya, bukan hal yang membuat tenang saat melihat anak yang baru melewati masa balita begitu latah mengucapkan panggilan-panggilan atau julukan yang ada dalam komik (maaf) wanita. Jadilah saat itu saya diminta berhenti membacanya. "Gakkan mama beliin Sailor Moon lagi!"

Waktu berganti, kebiasaan membaca konik saya tidak serta merta tamat. Begitu kartun "Magic Knight Rayearth" tayang di RCTI, tepat saat menginjak kelas 1 SD, saya lalu memburu komiknya. Dikoleksilah sampai tamat 2 season. Sampai saat ini, saya masih menjadikan 'dunia alternatif' dalam MKR sebagai rujukan pola mengarang dunia dalam karangan tulisan.

"Pokoknya tokoh harus bisa sihir dan pedang!"

"Masing-masing bisa menunggangi robot raksasa."

"Ending tidak harus happy, tapi jagoan harus terus hidup".

"Musuhnya harus datang dari manca-negara."

Maka, rasanya tidak berlebihan bila dikatakan setelah membaca MKR (Magic Knight Rayearth), saya juga kerajingan Cardcaptor Sakura, Wedding Peach, Sky Dancers, Tokyo Mew-Mew, Sakura Wars, hingga Danger Girl.

"Berarti kamu sekarang jadi ke-wanita-wanitaan dong, Bri? Kok idola hero cewek kamu banyak banget?"

Mungkin anda jadi berasumsi demikian, tetapi saya juga tetap menyeimbangkan dengan menikmati tayangan superhero masculin. Menikmati dunia hero wanita adalah sebuah paket yang lengkap. Pertempuran, duka cita, air mata, dan asmara.

Entah mengapa, sekuat apapun tokoh superhero wanita, mereka pasti punya pria idaman yang kadang seolah tak bisa hidup tanpanya. Dunia superhero lelaki pun tak kalah seru, hanya saja fokus cerita jadi lebih to the point ke eksekusi, dibanding intimasi emosi antar karakter dan petualangan batinnya.

Dengan pemikiran seperti ini, selama bertahun-tahun saya kerap memasukkan komik dengan tokoh wanita luar biasa sebagai daftar belanjaan komik mingguan saya. Kemudian saya menemukan judul komik cukup menarik, mengetengahkan kisah empat bersaudara dalam genre cerita yang berbeda.

Apa nama komiknya ?

FOUR DAUGHTERS OF ARMIAN (FDA)

Komik buatan korea ini mulai mematahkan stigma yang tumbuh dalam benak saya, bahwa bahasan komik adalah hal yang ringan dan praktis. Karya dari Il Sook Shin ini memotret kehidupan 4 orang bersaudara dengan watak yang berbeda. Di kemudian hari, FDA menjadi  salah satu 'bekal dasar' saya menyusun perawakan dan perwatakan tokoh wanita, setiap kali hendak membuat cerita baru.

Yang membuat saya selalu mengulang cerita FDA setiap kali membuka lemari komik, adalah bahwa setiap karakter utama yang ada dalam komik ini mewakili satu genre atau aspek bahasan substansi cerita. Setting cerita ini mengambil durasi 25 tahun dari awal hingga akhir.

Siapa sajakah karakter FDA?

1. Manufor. Saudara tertua yang sinis, haus kekuasaan, dan sering menzalimi adik bungsu lain ayahnya, Syarhina. Tatkala naik tahta menjadi penerus ibunya, dia makin ambisius dan hobi menuai dendam para pejabat beserta sekutu negara tetangga, hingga tega mengadopsi keponakannya tanpa sepersetujuan adik keduanya, Aspasya. Kendati demikian, Manufor yang biasa dipanggil manua ini adalah panglima perang yang hebat serta ahli strategi yang cermat. Perubahan sifatnya mulai terlihat saat keponakan yang diadopsinya mulai tumbuh besar, dia mulai menampakkan sisi keibuannya, bahkan sampai mengorbankan dirinya terkena panah beracun.  Menjelang ajalnya --karena racun panah yang menjalar --, Il Sook Shin memberikan sebuah ending yang bahagia untuk dia: kembali memeluk putra kandungnya yang harus dikorbankan karena aturan kerajaan, mengakui pada keponakannya bahwa ia bukan ibu kandungnya, memberikan Syahrina tahta kekuasaan kerajaan Armian, hingga meninggal dalam damai di pelukan Khenes --pria yang mencintainya--. Hikmah dari karakter Manufor adalah sekejam-kejamnya seorang wanita, kalau sudah jadi ibu, biasanya akan mengorbankan segala hal untuk anaknya. Il Sook Shin menempatkan Manufor untuk mewakili genre politik, konspirasi, dan parenting (pengasuhan) dalam cerita ini.

2. Swarda, adik pertama Manufor yang konon wajahnya paling cantik diantara 4 bersaudara. Tak hanya itu, Swarda adalah wanita berhati lembut tanpa pilih-kasih. Sayangnya, dia adalah wanita yang mudah galau dan tertekan saat Rihal, pria pujaan hatinya direbut Mbak Manufor. Lalu Manufor malah memberi 'kompensasi' pada Swarda dengan menjadikannya selir kaisar Persia, Xerxes. Beberapa tahun, Swarda dan Xerxes hidup aman tentram hingga salah seorang madunya Swarda yang bernama Shimeya 'julid' lalu merampas liontin Swarda. Eng ing eng, Swarda pun mulai dijauhi Xerxes hingga harus divonis hukuman mati. Tapi il Sook Shin menjalankan perubahan sifat dengan cukup epik pada karakter Swarda. Di akhir hayatnya menuju algojo penjagal, Swarda sama sekali tidak menunjukkan rasa takut dengan mengeluarkan keberaniannya menentang perintah suaminya yang tidak senonoh. Sangat berbeda jauh dari sifat awalnya yang cenderung pasrah dan mudah galau.  Dari Swarda, saya belajar bahwa menjadi wanita galau dan pasrah adalah kondisi sementara, hingga muncul waktunya untuk menumpahkan semua keberanian menegakkan intuisi hati nurani. "Mohon maaf tolong katakan pada yang mulia, bahwa menari telanjang depan umum adalah hal yang tidak senonoh."

3. Aspasya-Pherel-Omesett. Digambarkan di awal cerita, wanita yang dianugerahi kekuatan penyembuh ini adalah seseorang remaja yang setia menemani saudari-saudarinya dan kelihatan tidak senang menyendiri. Suatu ketika, hatinya tertaut pada pemuda Yunani yang dipanggilnya Bahel, -padahal aslinya Perikles- . Lantaran apes jadi berstatus budak belian, Perikles lupa siapa asal-usulnya. Setelah setahun menikah, Perikles tewas dan membuat Aspasya  yang sedang hamil terpuruk. Setelah Perikles hidup kembali oleh perjuangan Syarhina, ingatannya kembali hingga melupakan memori bersama Aspasya. Aspasya yang awalnya tahu Perikles hidup kembali, semakin terpuruk saat tahu Perikles melupakan memori yang tersusun bersamanya, hingga hilang kesadaran saat melahirkan. Selama kurang lebih 20 tahun menurut waktu cerita, Il Sook Shin menempatkan Aspasya jadi wanita yang serba bingung dan selalu ingin asyik sendiri. Namun, Aspasya mendapatkan ending paling bahagia dibanding saudari-saudarinya : bertemu Perikles yang rambutnya sudah memutih lalu memulai kisah cinta hingga menikah kembali. Aspasya pun mendapatkan kehormatan menemani suaminya hingga keduanya meninggal secara natural. Aspasya mengajarkan saya, ada saat dimana kita kehilangan diri sendiri karena hilangnya seseorang  yang berharga, namun semua akan terobati dengan kesabaran dan cita-cita.

4. Re-Syarhina: bungsu diantara 4 bersaudara dan sebagian besar cerita FDA adalah soal dia. Dia mewakili genre fantasi dan dunia mitologi. Suatu ketika, karena dia membela guru privatnya yang memberontak terhadap kakak sulungnya, dia diusir dari Armian. Disitulah perjalanan panjang bermula, karena Manufor rela menerimanya pulang dengan syarat dibawakan pulang bulu burung api. Perjalanan Syarhina mencari bulu ajaib tersebut adalah kisah yang mendominasi komik 17 volume ini, diwarnai dengan adu sihir dan pedang, serta melawan pasukan gaib antar negara. Ketika mendekati akhir serial ini, pembaca seolah akan merasa bahwa Syarhina akan menjadi ratu Armian yang super power, lebih-lebih saat dia berhasil membawa pulang bulu burung api dan mendengarkan semua wejangan terakhir Mba Manufor. Sayang, Il Sook Shin rupanya ingin menekankan bahwa sifat dan kemampuan orang di satu bidang tak berarti dia mampu di bidang lain. Setelah belasan volume lebih  terpukau melihat betapa 'sakti' seorang Syarhina, ternyata saya harus mengakui bahwa cukup 2 volume komik membuktikan bahwa 'gadis superhero tak serta merta jadi ratu yang kompeten'. Syarina sering 'mabal' dari tahta, berkencan memadu kasih, seolah-olah membayar kesempatan pubertasnya yang tidak tercapai dalam beberapa tahun. Peran pamungkasnya di akhir cerita adalah mengajak dirinya dan rakyat mati bersama dalam menghadapi serbuan tentara Persia. Setelah sempat takjub, ternyata kemampuan Syarina  menghadapi perang sama sekali jauh dari ahli strategi yang pamungkas. Moral dari kisah Syarhina adalah "jangan terburu-buru kagum dengan kemampuan orang di banyak bidang. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti jatuh juga."

Dengan melihat susunan perwatakan di atas, saya selalu membayangkan bisa menyusun kisah fantasi yang karakternya punya beragam warna, kekuatan, dan  batu sandungan masing-masing. 

Yang terpenting, dari kisah komik wanita yang saya konsumsi, pembelajaran pamungkas adalah bahwa dalam setiap konflik ada intimasi emosi yang punya daya persuasi pemikiran yang memikat. Setiap karakter punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, ada saatnya tobat, ada waktunya terjerembab.

Terima kasih telah menjadi warna bagi fantasi yang membuat saya tenggelam bersastra ria.

#ODOPday11
#tantangan2
#mendalamifantasi

.

4 komentar:

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...