Jumat, 27 September 2019

Berawal dari Radio, Lalu ke Buku: Resensi City-Lite "Secangkir Kopi dan Pencakar Langit."

Setelah beberapa tahun saya lebih menyukai novel fantasi, sejarah, dan non-fiksi, tatkala mendengar teman seangkatan 'lulus' jadi penulis novel laris, mata ini mulai mencari-cari genre "City-Lite".

Apa itu City-Lite? Kalau menurut penafsiran saya yang masih belajar menulis fiksi ini, adalah rangkaian cerita yang mengetengahkan situasi kehidupan kota, perkantoran, perbandingan kehidupan antar negara, ataupun skema jalan raya. Dewasa ini, yang biasanya disorot pada City-Lite antara lain kehidupan kantor ataupun drama para pelancong dan pelajar negeri. Khusus untuk teman saya, dia mengangkat 2 tema ini dalam novelnya yang cukup laris , "Resign" dan "Melbourne Wedding Marathon" .

Tapi, saya memilih menikmati novel city-lite yang lain dulu, ketimbang karyanya. (YAH BRI KO GITU SAMA TEMEEEENNN >:(). Bisa jadi, apa yang membuat diri ini jatuh cinta dengan sebuah buku bukan karena cover, resensi singka, ataupun siapa penulisnya belaka. 

Saya memilih  karya Aqessa Aninda sebagai salah sar City-Lite untuk dikunyah sampai habis. Sebenarnya Resign dan Wedding Marathon udah kubeli, cuman belum kubaca.  

"Secangkir Kopi dan Pencakar Langit",  demikian judul novel city-lite tersebut disiarkan di radio JAKFM, setiap Kamis.  Berawal dari siaran radio tersebut, saya pun sudah berkenalan dengan karakter-karakter utama dalam City-Lite ini.

Siapa saja karakter utama dalam novel ini? Saya jelaskan seadanya saja, supaya para pembaca tetap membeli novelnya yang seharga 1 kali makan spagheti di Pizza Marzanno. :)).

Baik, kita buka tirai layarnya. Inilah tokoh-tokoh dalam "Secangkir Kopi dan Pencakar Langit" :

1. Attaya. Gadis berusia 24 tahun, berkacamata tipis, dan bekerja di bagian IT perusahaan.  Dia menjadi tulang punggung keluarga lantaran ayahnya terkena stroke. Attaya punya perasaan cukup dalam pada Ghilman, namun mengakui bahwa Satria itu tampan.

2. Satria Danang Hadinata: Awalnya kukira Attaya yang akan jadi karakter utama, namun ternyata dia tokoh yang masih dilanjutkan fokus ceritanya hingga "Satu Ruang" (sekuelnya Secangkir Kopi dan Pencakar Langit). Seorang karyawan unit Marketing yang digilai banyak wanita di kantor, namun dia memendam rasa pada Attaya.

3. Ghilman: Karyawan senior berambut cepak jabrik, tinggi, dan berwatak kalem. Selama setengah perjalanan novel, dia sudah dalam status bertunangan dengan Divanda setelah 6 tahun pacaran. Tapi, akhirnya dia dengan sangat kecewa memutuskan hubungan dengan Divanda karena 1 hal yang tidak termaafkan. Kenapa? Mari baca novelnya ya. :D

Ada pula karakter lain seperti ayah, ibu Attaya beserta dua adik lelakinya, Divanda, atasan kantor, dan deretan pemain lainnya. Fokus cerita tentang mereka akan bermunculan setelah seperempat novel sudah dibaca. Berikut gambar buku terlampir,

Saudara-saudara, inilah novelnya!

Jadi, saya tertarik membaca novel ini setelah 2 kali mendengar siaran drama radio JakFM tepat saat mengetengahkan bagian soal Ghilman, Satria, dan Attaya sedang bermain 'berbagi cerita' soal kekasih dan mantan mereka. Episode berikutnya mulai memantik rasa penasaran saya akan novel ini, tepat pada episode saat Ghilman dan Attaya sedang bertugas ke luar negeri. Tentu saja, halaman pertama novel ini berawal dari perkenalan terlebih dahulu.

Begini sinopsis ceritanya secara garis besar:

Attaya menjadi karyawati baru di sebuah perusahaan IT. Penampilannya yang cukup menarik dan tangkas dalam bekerja membuat jantung beberapa pria di kantornya berdegup kencang. Salah satunya, Satria yang merupakan seorang womanizer (pria yang bisa membuat wanita cepat tertarik padanya). Dia tertarik dengan Attaya, lantaran wanita muda tersebut menunjukan hasrat yang tinggi dan profesional pada pekerjaannya.  Di lain sisi, ada karyawan senior yang bernama Ghilman, turut naksir Attaya. Attaya pun kagum padanya.  Tapi dia tipe pria setia, jadi dia tepis perasaan suka itu, demi setia kepada tunangannya, Divanda.

Isi cerita berubah, tepat ketika Satria cemburu saat Ghilman dan Attaya dinas bersama ke luar negeri, hingga Ghilman yang tersentak akan suatu rahasia Divanda yang menurutnya keterlaluan. Di titik klimaks, baik Satria maupun Ghilman sama-sama mengenal lebih jauh kehidupan Attaya sebagai tulang punggung keluarga. Dua per lima isi novel lebih terfokus membahas seluk-beluk kehidupan Attaya dan ekspektasi cintanya, sekaligus lebih mendalam soal keluarganya Ghilman.

Sedikit spoiler, ada 1 tokoh figuran yang menjadi kunci merekatnya hubungan Ghilman dengan Attaya. Dia orang terdekatnya Ghilman. Siapakah dia?

Bagaimana dengan gaya bahasanya?

Gaya bahasa gaul kontemporer, beserta skema hidup di era Whatsapp dipaparkan dengan gamblang pada novel 300 halaman ini. Di dalam novel ini pula diberikan 'screenshot'  WA Grup fiksi. Inilah fitur yang membuat novel ini cukup relevan dengan era pasca 2010.

Alurnya bagaimana?

Mengkaji 40% isi novel di awal, mungkin pembaca akan mengira Aqessa Aninda ingin kita merasa bosan pada dialog yang sudah rutin, disajikan dengan santai pula. Setelah ada kata kunci 'dinas luar negeri', "perjodohan mas lalu", "mantan taksiran", hingga "pacar jadi mantan" barulah novel ini terasa membuat penasaran.

Jadi, para penikmat novel. bila anda adalah karyawan kantor mungkin akan mafhum dengan beberapa rutinitas yang diekspos pada awal novel, yang bisa menimbulkan roaming buat pembaca awam.  Namun setelah melewati suspense-suspense dengan kata kunci yang disebutkan id atas, novel ini sangat renyah dan memenuhi kebutuhan romantisme kita semua.

Siapa tokoh favorit  di sini? 

Ghilman. Dewasa, kalem, dan mirip sifat saya, introvert. Cerita tentang dia punya banyak kejutan, selain soal Divanda. 

Jadi, sudah cukup tertarik setelah menyimak ulasan saya? 

Kalau ya, alhamdulillah. Mudah-mudahan saya semakin jeli dan komprehensif dalam mengulas.

Kalapun belum, memang tidak semua orang langsung tertarik mendalami buku hanya karena ulasan. Siapa tahu, setelah novel ini dikonversi jadi drama di Teater Ismail Marzuki, barulah anda ambil langkah seribu untuk menyerbu bukunya. 


Oke, sekian dulu resensi kali ini. Berikut data pendukung buku novel ini: 

Penulis: Aqessa Aninda, bukan teman seangkatan saya dan baru kenal setelah menikmati 1 buku ini

Terbit: 2016, karena yang terbit di timur itu Matahari. 

Penerbit: Elex Media Komputindo, cabang bisnis utamanya Gramedia lohhh....

ISBN: 9786020287591 (nomor ajaib ini harus di-copy-paste, supaya tidak salah kira dengan nomor rekening transferan gaji)

Halaman:  352, lumayan bisa jadi bantal. 

Bahasa: Indonesia Gaul Sehari-hari. 














5 komentar:

  1. Keren euy bhs resensinya....
    Aku blm bisaaa!!!!

    BalasHapus
  2. Mba anis:alhamdulillah bila demikian. Tetap berjuang semuanyaaa

    Nio: ya mungkin karena ingat beberapa adegan kunci yang di broadcast jakFM

    Aysafitri: hmm, alhamdulillah kalau mengalir lancar. Mudah2an tersampaikan pesannya lewat vena yang terjembatani ke jantung

    BalasHapus
  3. 😘😊👍masuk pak ekoo 🤗👍apik temenan

    BalasHapus

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...