Sabtu, 21 September 2019

Geret Koper Sendiri, Ngorok Happy di Stasiun

"Bri, maaf saya ga bisa nganter kalau tanggal segitu. Ada kerjaan" respon teman satu flatku saat kutanya soal bantuan transport untuk ke bandara demi pulang akhir tahun 2014. Ya saat itu sejak April memang kubela2in beli tiket garuda agar libur di indonesia tidak terlewatkan manakala semester 1 S2 sudah usai hanya tunggu rapot.

Sial, saat itu saya gak pede naik taksi, parno dijahilin sama sopir yang mungkin senang memperdaya orang yang naif lokasi perjalanan. Kutanya teman flatku yang lain, Nabely, soal alternatif antaran bandara. Dia pun menyarankan ambil sky bus yang hanya kuras 18 AUD /keberangkatan.

Untuk menjangkau pool sky bus, perlu sedikit usaha berkereta menuju Stasiun Southern Cross. Keberangkatan pesawat jam 9 pagi hari sabtu, membuat saya ndak mikir 2 kali untuk geret koper berlelah-lelah naik kereta hingga ke Southern Cross.

Tibalah saya disana pukul 10 malam, lalu  karena di ruang tunggu ada sofa kuputuskan jajan lalu bermalam agar bisa mengejar bus dini hari jam 3. Di jalan macam-macam orang kutemui, salah duanya adalah anak kuliahan bule yang sok asik ngajak "give me 5" sampai bapak setengah baya yang mau minjem handphoneku karena pulsanya habis buat nelpon istrinya.

Awalnya agak keringat dingin, si bapak tua gak segan-segan bayar 2 dollar setelah puas nelpon dengan nada agak marah ke bininya. Dia berlalu, saya tukar itu 2 dollar dengan air putih sebotol. Wkwkwkwk.

Setelah lelah mendera, langsung saja ku bersiap bobo di ruang tunggu yang ada kursi pijatnya. Alamak, 2 kursi pijatnya udah dipakai bobo emak-emak berparas tiongkok. Jadi aja bobo ayam di kursi keras.

Jam setengah 4 pagi terlewati, yak kuikuti saja antrian tukar karcis sky bus biar dapat tempat duduk. Wah untung pak supir suport penumpang buat menata koper. 45 menit sampailah aku ke gerbang tulla marine keberangkatan inter nasional. Hmm, masih dingin dan dikursi ruang tunggu airport ga sedikit yang tidur selimutan.

Tapi karena banyak waktu luang, jadilah saya udah di antrian gerbang pesawat jam 8 pagi. Ya masih bisa main game dulu lah.
Sejak saat itu, saya lebih suka lihat rute transport lalu bertualang sendiri buat pulkam. Wkwkwkw the flavor of adventure, comes from bravery of lone soul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...