Sabtu, 30 November 2019

Kuliah dan Kursus Kehidupan Melalui Layar Perak-Sebuah Opini Kenangan

Diluar bahasa lisan dan gestur yang kita gunakan sehari-hari, profesor Nirwan Ahmad Arsuka, seorang ahli filsafat mencetuskan bahwa manusia memiliki tiga media yang berfungsi sebagai bahasa universal. Tiga media yang dibahas lengkap dalam buku beliau bertajuk Percakapan Dengan Semesta (2013) antara lain adalah: i. Matematika, ii. Foto, dan iii. Film. Menilik dari pembahasan beliau, rasanya wajar ketika manusia, entah apapun bahasa induknya, selayaknya menyusun pemahaman mengenai angka, gambar, dan juga alur cerita sebagai penyambung komunikasi. 

Soal perkara pentingnya memahami angka, sudah lazim kita rasakan terutama saat menghitung pemasukan dan pengeluaran rutin rumah tangga. Bagaimana dengan foto? Tak perlu silang pendapat, maraknya unggahan di media sosial, entah apapun bahasa induk yang dipakai oleh akun, menitikberatkan bahwa gambar bisa menceritakan 'visi' dan 'misi' yang tersirat dari tingkah laku manusia berikut tentang kecakapan berbahasa. 

Adapun tentang film, saya sempat beranggapan mungkin tak selalu dipahami masyarakat sehingga bukan termasuk bahasa universal. Akan tetapi, asumsi saya kemudian terpatahkan setelah mengikuti suatu ajang festival film horror. Festival yang diselenggarakan unit perfilman kampus ini menyediakan beberapa kompilasi horror mini bagi para pengunjung auditorium. 

Lantaran ada sajian film horror yang tidak memakai dialog lisan apalagi teks terjemahan yang mengundang kengerian penonton, saya makin mengingkari hipotesa awal tentang film. Beberapa di antaranya adalah impor dari Jerman dan Swiss. Saya dan berpuluh-puluh orang dalam auditorium tak kuasa menahan jerit karena jelasnya gambar layar menampilkan suspensi-suspensi penampakan turut memompa keringat dingin kami. 

Berangkat dari pengalaman itu, saya mulai meresapi beberapa pengalaman sejak jaman SMP hingga kini tentang film sebagai media pembelajaran. 

A. Cuplikan Film Serial Sebagai Bahan Kajian Laboratorium Bahasa Inggris. 

Ketika pelajaran bahasa menggelar praktikum, biasanya yang terbayang di kepala anak remaja adalah kewajiban untuk mengkaji tata bahasa dan praktik berdialog. Namun, kelas bahasa Inggris binaan Bu ARD ternyata memang beda. 

Beberapa kali, kami sekelas diminta membuat resume film serial Friends dan Dawson Creek. Era 2005 ke belakang, film ini sangat booming, hingga beberapa adegan lucunya semisal tentang pemakaian lipstik untuk pria masih bercokol di kepala. Maka, kegiatan belajar bahasa Inggris saya dan teman-teman saat itu adalah momen yang selalu membuat tersenyum. 

Tak lama kemudian, saya dan teman-teman sekelas disuguhkan tayangan kelas dunia. Children of Heaven. Film asal Iran ini memantik empati tentang keadaan anak-anak kaum papa. Beberapa kali saya tonton, film ini selalu membuat melek dan terharu. 

B. Berkenalan dengan Sinema Profetik serta Pentingnya Film Sebagai Media Dakwah. 

Istilah profetik dipopulerkan oleh salah satu sejarawan pakar antropologi Indonesia. Meski bukan beliau pencetus pertama diksi tersebut, profetik adalah sebuah kaidah cerita atau sastra yang melibatkan unsur keteladanan para Nabi dan Rasul beserta mukjizatnya. Orang awam mengira bahwa film religi pasti mengandung unsur profetik. Kenyataannya, unsur profetik ini juga kerapkali muncul dalam tayangan atau sastra yang menitikberatkan pada pendalaman kejiwaan para tokohnya. 

Menjelang SMA, Bapak memperkenalkan film mengenai Rasulullah SAW, bertajuk The Message. Film yang dibintangi Anthony Quinn ini adalah potret sirah Rasulullah SAW dalam penyebaran agama Islam di jazirah Arab. Film ini cukup membangkitkan ghirah dalam perjuangan menegakkan aturan dan nilai agama, karena hampir tak ada kaidah kitab suci Al Qur'an yang disalahgunakan dalam film ini. 

Saya kembali jumpai film ini ketika memandu pesantren kilat massal untuk adik kelas SMA. Masih terkesima dengan tayangannya, saya tonton dari awal sampai habis. Berangkat dari film ini, mulailah saya cari tayangan serupa untuk Nabi lainnya. Sayangnya, karena proses pembuatan film masih menggunakan sutradara berpaham barat, tayangan-tayangan dengan tokoh utama para Rasul selain The Message kerapkali dibumbui adegan ciuman. Hadeuh...

Tapi penghasil film berkualitas tak hanya dunia barat. Dalam sebuah ajang malam bina taqwa, salah satu materi menitik beratkan perjuangan jihad dengan memutar film tentang para mujahid Palestina. Saya larut dengan tayangan itu, hingga haru memuncak tatkala mengikuti ekspedisi ke gunung esok harinya. 

C. "Kuliah perlu Memutar Film Sejarah Agar Menghayati Maksimal!"

Saya katakan himbauan ini dengan serius. Bukan berarti mata kuliah tanpa film berarti tidak dihayati. Meninjau kembali pada tri dharma perguruan tinggi, sebagian unsur dari penelitian terhadap suatu bidang ilmu adalah pemahaman terhadap sejarahnya. Sama seperti perlunya kita memahami unsur-unsur dalam makanan untuk menakar gizinya. 

Saya pernah merasakan berkali-kali menjadi mahasiswa dengan indeks dibawah 3 tiap semester. Satu setengah tahun awal berkuliah, rasanya hambar ketika jadwal akademik hanya berkutat pada kuliah-tutorial-praktikum-tugas. Namun, kepala program studi magister saat itu membawa pendekatan berbeda. 

Ditayangkanlah film sejarah berdirinya sumur raksasa London, sebagai upaya jerih payah seorang insinyur dan dokter dalam berteori dan merancang infrastruktur terbaik. Saya yang tergugah, merasa bahwa di dalam perkuliahan terkandung misi yang besar dalam membangun peradaban manusia. 

Waktu bergulir, saya jadi asisten dosen. Dibekalilah materi-materi film itu sebagai bahan ajar untuk para peserta kuliah. Ada yang merasa bosan, ada yang tergugah. Setiap minggu mereka diminta membuat resume film oleh pak dosen, nyatanya tugas refleksi mingguan itu menjelma menjadi bank ide untuk saya. 

Sekali menyelam minum air, untungnya saya juga diminta periksa sehingga tahu adanya perbedaan pendapat dalam membuat resume adalah jaminan bagi masuknya pengetahuan baru. 

D. Akhirnya, Segepok Uang Demi Kursus Intensif. 

Sepulang liburan S2, saya tertarik dengan pamflet informasi kursus kilat perfilman di sebuah masjid dekat kampus. Tarifnya lumayan, seharga uang jajan anak kuliah sebulan. Beberapa kali berpikir, akhirnya saya putuskan menghubungi contact personnya langsung. Tahun 2017 kemarin, pemrakarsa kursus kilat sekaligus sang contact person ternyata menghasilkan film sukses dari peranan tangannya.

 Iqra: Perjalanan Menggapai Bintang, demikian tajuk film yang diusungnya. Mencoba mewadahi tema sains dan agama dalam sebuah film yang dibintangi anak-anak adalah misi edukasi melalui sinema yang berat. Nyatanya, film ini ludes dengan segmen penonton kebanyakan adalah jamaah pengajian. Mantap. 

Kembali mengenai kursus, saya pun menghadiri pertemuan intensif selama empat hari itu. Disajikan tiga materi utama: membuat skenario, produksi film, dan pendalaman aktor. Sang pemrakarsa kursus pun turut memberikan kuliah perfilman. Entah kenapa, justru saya larut dengan curcol beliau mengenai sulitnya mencari pemateri yang bisa membuat orang antusias dengan perfilman sebagai bahan edukasi.

"Jikalau hari ini yang saya undang adalah Nunu Datau, dijamin tarif kursus akan lebih tinggi dari hari ini. Untungnya mas Riri Riza, bu Budiyanti Abiyoga, dan Pak Didi Petet mau dengan tarif demikian. Cari investor untuk film bakal bikin kalian susah tidur." (iqbal al Fajri)

Jika di kursus lain tarif tinggi selayaknya punya fasilitas wah, entah kenapa saya merasa bahwa apa adanya kursus ini memang pantas dibayar lebih. Jujur, jarang saya temukan seminar dan lokakarya dimana ketua panitia punya pengetahuan yang kompetensinya sejajar dengan pemateri utama. Apa yang diterangkan mas Iqbal lewat tulisan kasar di papan tulis semuanya saya catat.

Lebih-lebih, ketika Mas Riri Riza memberikan diagram sederhana tentang aspek-aspek inti perfilman dan bagaimana Bu Budiyanti turut membahas perkara negosiasi dengan investor. Tapi saya tidur tak sengaja, hingga akhirnya mencetak sejarah bahwa mendiang Pak Didi Petet pernah ikut menegur. 

Penutup

Berangkat dari itu, saya mulai merasa bahwa memfilmkan sesuatu adalah pemenuhan kodrat manusia untuk membagi emosi dan inspirasi dalam cerita dan adegan. Tidak semua film patut dicerna, maka disitulah rating berperan penting membatasi segmen penonton. 

Hingga hari ini, saya merasa bahwa sinema adalah ruang sosial yang vital. Dimana sejarah, fiksi, diksi, aspirasi, dan fantasi berkumpul menjadi diskursus tersendiri. Sayang, hari ini halaman-halaman bioskop dipenuhi orang tak beretika yang pura-pura lupa rating. 

Saya berharap, akan muncul tayangan lain yang mendorong orang menalar soal batasan usia. Jadilah  beda pemahaman itu bisa dipersempit.

SEKIAN, ADA PERTANYAAN? 

Jumat, 29 November 2019

Mengenang Tragedi Lepas Pantai Amerika Serikat: Ledakan Kilang Minyak Deepwater


2010, demikian saya menyebut salah satu tahun terburuk dalam hidup, tepatnya no.3 setelah 2007 dan 2017. Ada banyak kekeliruan yang saya ambil dalam menentukan kegiatan dan keputusan dalam hidup. Dari mulai mendapatkan IPK pas-pasan karena terlalu banyak ikut organisasi, hingga tidak sengaja pernah menabrak orang tua. Selalu ada perasaan bersalah, ketika apa yang diperbuat membuat akibat buruk secara sistematis. 

Di lain belahan dunia, ternyata 2010 turut menjadi catatan tentang kecelakaan tragis yang berdampak cukup masif dan menghilangkan banyak nyawa. Tepat pada 20 April  tahun 2010, anjungan minyak lepas pantai Deepwater Horizon meledak tepat di Teluk Meksiko. Anjungan minyak raksasa ini tenggelam tanpa sisa dua hari setelahnya.

Image result for deepwater horizon
Anjungan Raksasa Deepwater Horizon, meletup menumpahkan minyak
SELAYANG PANDANG INSIDEN DEEPWATER HORIZON

Transocean merupakan empu dari anjungan minyak raksasa ini, sekaligus pengelolanya. Setelah sekian tahun berdiri, anjungan raksasa ini menjadi lahan mencari nafkah bagi banyak perusahaan, salah satunya BP. Anjungan minyak ini memiliki fondasi yang tertancap di laut dengan ketinggian 1522 meter dibawah permukaan, dengan panjang fondasi berkisar membentang  5,4 km di lapisan dasar laut. 

Tragedi 20 April dipicu dari kebocoran gas alam dari sebuah pipa semen dari sumur raksasa, yang dipasang oleh kontraktor Halliburton. Nyatanya, kebocoran gas alam itu bukan kejadian pertama di Amerika Serikat. Tahun 2008, perusahaan British Petroleum (BP) telah 'berpengalaman' dalam kejadian serupa di Laut Kaspia. Disinyalir bahwa inti-inti persambungan dan perlekatan pipa tidak cukup kuat untuk menahan tekanan, lantaran tersusun dari campuran semen mengandung nitrogen. Kandungan bahan nitrogen ini meruapakan akar permasalahan dari ketahanan semen ini, lantaran ketika inti perlekatan pipa mengalami patah, kebocoran gas akan langsung menyebar hingga ke pusat sumur minyak. Akibat fatalnya, kebocoran gas yang menghinggapi pusat sumur minyak mempercepat ledakan infrastruktur raksasa ini. 


Ledakan Deepwater berujung tumpahan minyak raksasa


Kebakaran dahsyat ini kemudian  menewaskan sebelas pekerja dan membuat tujuh belas orang terluka. Anjungan runtuh karena tak kuat menahan gejolak ledakan, lalu lenyap perlahan ke dasar laut dua hari setelah kejadian. Akibat dari runtuhnya anjungan ini, minyak yang telah terpompa dan terwadahi dalam sumur raksasa di dalamnya menyebar ke laut. Bisa dibayangkan apa yang terjadi kemudian?

BENCANA PENCEMARAN LAUT SETELAH ANJUNGAN LENGSER

Pasca ledakan, minyak dengan kapasitas raksasa itu 'tumpah' melumuri seisi lautan.  Pasukan penjaga pantai AS melaporkan adanya kebocoran minyak mentah dari Deepwater Horizon sebanyak 8.000 barrel atau 1,3 juta liter sehari dan berlangsung selama 87 hari, tepat pada Pagi 22 April

Awalnya BP memperkirakan minyak yang tumpah ke laut sebanyak 1.000-5.000 barel sehari dan total minyak yang bocor diperkirakan mencapai 4,9 juta barel.Diperkirakan, per harinya volume minyak yang tumpah ke lautan mencapai seribu barrel hingga memuncak sampai enam puluh ribu per harinya. Upaya pengendalian telah dikerahkan BP dengan pencegah ledakan anjungan, yang biasanya bekerja otomatis menutup saluran minyak yang bocor. 

Sialnya, instalasi pencegahan itu telah mengalami malfungsi. Beberapa hasil analisa forensik yang dilakukan hingga setahun setelah kebocoran masif tersebut, beberapa turbin baling-baling tajam yang menjadi komponen utama instalasi ini tidak bisa bekerja karena pipa-pipa terlanjur bengkok saat kejadian ledakan Akan tetapi, hasil penelitian dari Departemen Keselamatan Kimia tiga tahun mengklaim hal yang berbeda: instalasi pengendali kebocoran langsung aktif, hingga salah melubangi pipa. 

Berbagai upaya telah dikerahkan  agar kerusakan tidak meluas. Pihak BP dan Transocean coba mengisolir bagian sisa sumur di dasar laut yang 'robek' di bulan Mei 2010 , terutama yang lebar menganga  melumuri luat,  sayangnya tidak berhasil. Pasalnya, kekentalan gas hidrat, (molekul gas dalam pecahan es) sulit dihindari karena gas alam sudah bereaksi dengan dinginnya air laut. Inisiatif lain yang coba diupayakan antara lain adalah melapisi bagian kubah sumur dengan lumpur pengeboran yang pekat. Tujuannya, agar tumpahan minyak bisa disumbat. Lagi-lagi, gagal. 

Tak lama berselang, citra satelit mengidentifikasi bahwa tumpahan minyak mentah meluber dalam laut hingga 180.000 kilometer persegi atau setara luas daratan Oklahoma, negara bagian Amerika Serikat. Pada awal Juni 2010, tumpahan minyak semakin melebar hingga mencapai 201 kilometer di sekeliling pesisir Louisiana, Florida, Mississippi, dan Alabama. 

BP selaku salah satu penyewa anjungan minyak kembali mengambil inisiatif lain, berupa menara luat kecil penyedot (Lower Marine Riser Package- LRMP). Meski tak sepenuhnya bisa membersihkan lautan, paling tidak menara kecil ini berhasil menghisap minyak sebanyak 15,000 barrel per hari ke dalam tangkinya. Upaya penyedotan ini didukung aksesoris pemompa setelahnya, hingga bisa menyedot minyak tumpah sampai 25,000 barrel per hari. 



Image result for LOWER MARINE RISER PACKAGE
BP mengerahkan upaya penyedotan tumpahan minyak menggunakan LRMP

Agar lebih banyak minyak yang dapat 'diamankan', tutup menara penyedot dibuka untuk ditambahkan beberapa cabang pipa penyedot, tepatnya pada tanggal 12 Juli 2010. Kebocoran anjungan raksasa berhasil diperlambat , meskipun diperkirakan bahwa tumpahan minyak yang terlepas tanpa bisa dihambat mencapai 4,9 juta barrel. Maka, sisa minyak yang selamat hanya 800 ribu barrel. 

Upaya pencegahan selanjutnya adalah penanaman lumpur penyumbat kedalam pipa pencegah ledakan, tepatnya pada 3 Agustus 2010. Langkah ini kembali berhasil, terutama karena lumpur bisa ditanam dalam tekanan yang lebih rendah di dalam kubah penutup pipa pencegah ledakan. Pipa pencegah ledakan ini, karena sudah rusak, maka BP memutuskan menggantinya pada awal September. 

Kebocoran anjungan baru benar-benar efektif ditutup pada 17 September 2010. Sayangnya, yang sudah 'pergi' takkan kembali, kecuali doa. Maka, Pada Oktober 2010, tumpahan minyak semakin menyebar sampai Texas, hingga pada Juli 2011 sepanjang 790 kilometer pesisir Lousiana, Mississippi, Alabama, dan Florida turut terkena getah dari bencana kebocoran ini. 



UPAYA PEMBERSIHAN DAN PENANGANAN SISA TUMPAHAN


Secara total sejak tumpahan minyak mentah diketahui pada 22 April 2010,maka hanya dalam waktu setahun kawasan pesisir AS sepanjang 1.728 kilometer tercemar. Pada 15 April 2014, BP mengklaim pembersihan tumpahan minyak di pesisir AS sudah selesai. Namun, pasukan penjaga pantai AS menyebut masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. 

Mengapa ini terjadi? Minyak telah tumpah sebelum berhasil disumbat terlanjur meluber hingga membuat licin ribuan mil di teluk Meksiko. Supaya minyak ini bisa benar-benar bersih, 1.8 juta galon cairan dispersi telah disemprotkan menuju retakan anjungan dan permukaan laut yang terkena. Sayangnya, minyak keburu meluber ke Lousiana di bulan Mei, penyemprotan ini tak lagi efektif. 


Dampak tumpahan minyak ini terhadap lingkungan di sekitarnya amat luar biasa. Sebab, kawasan yang tercemar merupakan rumah dari 8.332 spesies makhluk hidup termasuk 1.270 spesies ikan, 218 spesies burung, 1.456 moluska, 1.503 krustasea, empat spesies penyu, dan 29 spesies mamalia laut. Tak hanya itu, manusia juga terdampak akibat bencana ini. 

Departemen Kesehatan dan Rumah Sakit Lousiana mengatakan, 108 pekerja pembersihan minyak dan 35 warga mengalami masalah kesehatan terkait bencana ini. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak diyakini menjadi penyebab dari masalahj kesehatan yang dialami manusia. Sebuah studi yang meneliti dampak bencana ini terhadap anak-anak di Lousiana dan Florida yang tinggal dalam radius 15 kilometer dari pantai menemukan fakta mengejutkan. Sepertiga orangtua yang tinggal di kawasan itu melaporkan adanya masalah fisik dan kesehatan mental pada anak-anak mereka. Sehingga, langkah pembersihan minyak dengan dispersan bukan sesuatu yang aman untuk dikerjakan selama terus-menerus. 

Mereka melaporkan, anak-anak menunjukkan gejala yang tak biasa  seperti telinga berdarah, mimisan, dan menstruasi lebih awal pada anak-anak perempuan. Demikian hasil penelitian yang disampaikan David Abramson, direktur Pusat Persiapan Bencana Nasional di Universitas Columbia.

 Di sisi ekonomi, bencana ini memberikan dampak amat berat bagi BP dan perekonomian di kawasan terdampak terutama pada bisnis pengeboran minyak, periikanan, dan wisata. Negara bagian Lousiana mengatakan, pada akhir 2010 kehilangan pendapatan hingga 32 juta dolar AS karena menurunnya jumlah wisatawan ke kawasan tersebut. Bisnis perikanan di Teluk Meksiko juga amat terpukul dengan hilangnya potensi pendapatan sebesar 247 juta dolar. Sebuah studi yang menyebut kerugian sebesar 8,7 miliar dolar AS pada 2020 akibat dampak bencana ini terhadap sektor perdagangan, wisata, dan perikanan di Teluk Meksiko.

Di masa yang sama, masih menurut studi itu, sebanyak 22.000 lapangan pekerjaan akan terpengaruh bencana lingkungan ini. Sementara itu kerugian yang dialami BP mencapai 90 miliar dolar AS termasuk untuk membayar kompensasi. Selain itu, pada 2012, BP untuk sementara dilarang memperbarui kontrak pengeboran minyak dengan pemerintah AS.

Tentu saja, kalau anda atau saya jadi pengusaha tempat wisata, tentu takkan berpikir dua kali untuk menutup tempat usaha, saat terkena tumpahan minyak. Daripada pelanggan dan diri sendiri ikut terkena dampak. 

MENAKAR DAMPAK LINGKUNGAN DEEPWATER HORIZON

Sebelum terjadi kebocoran minyak, Departemen Perairan dan Udara Nasional Amerika Serikat (NOAA) mengklaim bahwa kegiatan pengeboran minyak secara reguler ikut berperan dalam hilangnya nyawa ribuan kepiting, ketam, dan ikan-ikan selama Februari 2010. Ribuan burung, mamalia laut, dan penyu ikut terdampak minyak, hingga menempel pada kulit mereka. 

Image result for sea plastered with oil
Burung pelikan keracunan minyak.
Kira-kira, dengan minyak tumpah sejumlah jutaan ton terbayangkah sebanyak apa nyawa hilang sia-sia?

Pengeboran minyak pada umumnya  berakibat fatal pada ekosistem laut, salah satunya menyebarkan racun dan morbilivirus dari substansinya. Salah satu contoh hewan yang terdampak adalah lumba-lumba, dengan berjangkitnya infeksi Brucella. Contoh nyatanya, pada penelitian Desember 2013, riset yang dilakukan terhadap lumba-lumba di sekitar pantai Lousiana menunjukkan bahwa setengah populasi sedang sakit paru-paru dan ginjal, yang tersinyalir akibat paparan minyak. 

Tahun 2015, 1400 ekor paus dan lumba-lumba ditemukan tewas terdampar di sekeliling teluk Meksiko. Beberapa penelitian mengklaim bahwa jumlah itu hanya mewakili sebagian kecil ekosistem laut yang terdampar. Di tahun itu, memang tidak ditemukan kembali tumpahan minyak deepwater horizon, namun bukan berarti masalah usai. Penelitian tingkat lanjut mengindikasikan ribuan ekor lumba-lumba di sekitar Teluk Meksiko mengalami (maaf) kemandulan. 

Burung masih memiliki kekebalan tertentu dalam menghadapi dampak tumpahan minyak. Hanya saja, beberapa penelitian menemukan ratusan ekor disinyalir tewas akibat menelan substansi minyak, Kematian massal ini nampaknya sulit dihindari, karena perilaku burung yang berupaya membersihkan sayap dengan mulut mereka. Penelitian secara fisiologis mengindikasikan kematian para burung ini dipicu oleh kerusakan sistem metabolisme dan kekaauan pengaturan suhu tubuh  setelah menelan minyak. Salah satu spesies yang rawan terkena adalah pelikan coklat, hingga dinyatakan sebagai spesies terancam.

Lebih lanjut terkait dampak tumpahan minyak terhadap unggas, sebuah penelitian tahun 2014 memproyeksikan bahwa 12% pelikan coklat dan 30% camar yang tersiram minyak mendadak tewas. Bila ditotal, jumlah unggas yang tewas akibat tumpahan minyak sejak 2010 hingga 2014 mencapai 800.000 ekor, terlepas apakah penyebab kematiannya memang terkait langsung dengan bencana tersebut. 

Berita pahit lainnya terkait nasib unggas terindikasi dari sebuah penelitian tahun 2012, saat pemerintah masih mengupayakan pembersihan tumpahan minyak. Dari hasil penyidikan di Minnesota, Iowa, dan Illinois, telur-telur yang dihasilkan unggas-unggas tersebut ternyata mengandung substansi yang terkandung dari tumpahan minyak. 

Langkah strategis yang ditempuh pemerintah, antara lain membawa sejumlah satwa terdampak menuju penangkaran terpusat, setelah pengecekan dan evaluasi secara bertahap. Tempat penangkaran ini dipastikan sudah bebas minyak. Langkah penangkaran ini juga mencakup pemindahan ribuan penyu beserta telurnya di sebuah penangkaran yang tersebar di pantai Samudra Atlantik.  Sebagai catatan, pada saat tahun 2010, disinyalir enam puluh lima ribu ekor penyu tewas akibat kebocoran minyak Deepwater Horizon. 

Terkait dampak pada ikan-ikan dan invertebrata, teridentifikasi bahwa minyak merampas nyawa mereka. Beberapa contoh diantaranya adalah gangguan jantung pada ikan tuna setelah terpapar racun ikatan kimia kompleks dalam substansi minyak. Beberapa daerah permukaan laut menjadi zona maut, karena terumbu karang dan palung laut ikut melebur bersama tumpahan minyak. 

Image result for deadzone around seabed
Zona mati di permukaan laut, dimana minim ekosistem.
Sementara itu, terumbu karang yang berada dalam jarak 19 km dari sumur Deepwater sepertinya tidak terdampak langsung, meskipun kemudian ditemukan masalah fertilitas pada sebagian terumbu karang. Bagai buah simalakama, upaya pembersihan laut menggunakan cairan dispersi pun turut menyumbang efek samping kemandulan pada terumbu karang ini. 

Sekian yang mau disampaikan terkait musibah yang terjadi hampir sepuluh tahun silam. Sungguh tumpahan minyak menghasilkan buah simalakama. Diminum mati mendadak, kalaupun mengenai kulitt jadi menghambat reproduksi. Apakah pembaca mulai paham arti dari 'spesies terancam'? Bisa jadi,kerusakan itu tak terjadi langsung meskipun tetap pahit, sebagaimana upaya penyelamatan tak bisa instan dan serta merta 'memuaskan' semua aspek ekosistem. 













Rabu, 27 November 2019

Refleksi Zookeeper's Wife: Istri yang Setia Menjadi Benteng Keluarga Paling Tangguh dalam Perang


Seperti apa kita mendefinisikan seorang wanita yang perkasa? Barangkali yang terbayang di benak kita adalah Wonder Woman, Black Widow, atau mungkin Saras 008.
Atau bisa jadi, saat mendengar terminologi tersebut, yang terbayang adalah sosok ibu, tante, saudara perempuan, sepupu, atau sahabat? Jangan-jangan, karena anda sang pembaca itu adalah wanita, julukan perempuan perkasa itu sepatutnya dialamatkan pada diri sendiri?

Di sebagian benak orang-orang, yang terpikir saat terdengar kata wanita perkasa, yang terbayang dalam benak adalah sosok-sosok perempuan mandiri. Maka terngianglah juga dalam kepala tentang sosok Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, hingga melayang pada Joan of D’Arc, seorang panglima wanita asal Prancis, sebagai barisan wanita yang pernah mengisi sejarah dunia dan nusantara dengan keperkasaan mereka. Bukan tidak mungkin, isi pikiran kita akan cenderung mengarah kepada CEO-CEO wanita yang populer dalam dunia bisnis, semisal Martha Tilaar atau Merry Riana (ada pembahasannya di lain halaman lho)

Tetapi, mungkinkah kata wanita perkasa itu tersirat, bila yang ada di hadapan adalah seorang ibu rumah tangga yang biasa membantu suaminya mengurus kebun binatang dan  tampak lemah lembut? Mungkin, sebagian pemikiran orang yang biasa memandang wanita perkasa adalah para atlit, CEO, hingga pahlawan nusantara, mungkin akan sulit melihat tokoh Antonina, sebagai salah satu wanita perkasa yang berkontribusi positif  dalam sejarah perang dunia ke-2.

Di Polandia, tepatnya pada tahun 1930, berdirilah sebuah kebun binatang yang sangat besar. Kebun Binatang itu diketuai oleh Jan Zabinski, seorang pria tinggi berkumis berumur nyaris kepala empat, ditemani oleh istrinya, wanita berambut sebahu yang setia, Antonina. Selama bertahun-tahun, mereka hidup tenang mengelola salah satu kebun binatang terbesar di Eropa dengan mengurus bermacam-macam satwa. Suatu ketika, perang dunia kedua pun dimulai, tepatnya di tahun 1939, mulai mengancam ketentraman mereka.

Bombardir pesawat Jerman, memulai sejarah peperangan dan penaklukan Polandia semenjak 1 September 1939. Perlawanan Polandia diluluhlantakkan, hingga Antonina (diperankan Jessica Chastain) dan putra tunggalnya Ryszard mencari perlindungan. Tak lama pasukan Jerman menduduki kebun binatang, seorang kepala kebun binatang sekaligus zoologi Jerman bernama Dr. Lutz Heck, takjub ketika  memeriksa isi penangkaran hewan terbesar tersebut. 

Lutz Heck, dokter zoologi asal Jerman


Dr. Lutz Heck, yang juga merupakan antek utama dari Hitler, menawari Jan untuk membawa binatangnya ke penangkaran Jerman, sampai perang berakhir. Syaratnya, Jan dan keluarganya tidak boleh menjadi suaka bagi orang-orang Yahudi Polandia. Sialnya, Lutz Heck juga turut terpikat pada kecantikan Antonina yang agak pendiam itu.

Di sisi lain, karena situasi perang, Maurycy Frankael dan istrinya Magda Gross mulai mencari penangkaran bagi koleksi serangga dari teman mereka. Antonina menawarkan perlindungan, karena keduanya merupakan sahabat lama keluarga.  Lantaran Maurycy dan Magda sama-sama beragama Yahudi, Jan dan Antonina menggunakan sisi bawah tanah dari kebun binatang Warsawa untuk mengamankannya. Selama ini, sisi bawah tanah tersebut telah lama dimanfaatkan Jan dan Antonina untuk mengamankan teman-teman mereka yang beragam Yahudi.

Agar keberadaan teman-teman mereka tersamar, Jan dan Antontina membujuk Lutz Heck agar mengubah kebun binatang menjadi peternakan babi. Dengan dalih agar kebutuhan pangan tantara Jerman terpenuhi, Jan dan Antonina menyusun strategi supaya kucuran dana untuk pemeliharaan kebun binatang yang beralih fungsi, bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan teman-teman mereka yang menjadi pengungsi.

Sementara itu, Jan yang  menyaksikan bagaimana penjara orang Yahudi milik German penuh taburan sampah, mulai prihatin dengan para tahanan. Dibawa dan diringkusnya taburan sampah itu untuk memberi makan babi-babi yang telah dipelihara dalam kebun binatangnya. Mulailah Jan mencari akses untuk menghubungi tentara bawah tanah Polandia, agar para tahanan bisa diungsikan secara layak dan aman.

Dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun, dengan berangsur-angsur dan diam-diam, keluarga Jabinski mengungsikan para tahanan Yahudi Polandia melalui kendang kebun binatang, ruang dalam rumah, hingga tembok-tembok jalan yang tak terlihat. Di lain sisi, pemerintahan Jerman yang merasa bahwa tahanan berkurang, mulai mendeportasi para tahanan ke kamp hukuman mati. Lantaran tentara Jerman semakin ketat mengawasi, Jan tidak punya pilihan selain terlibat mengangkut para tahanan satu-persatu dengan truk pengangkut sapi.

Di awal 1943, dua tahanan wanita yang berusaha diselamatkan oleh Antonina dan Jan, tertembak saat melarikan diri di jalanan. Mau tidak mau, Jan dan Antonina berpura-pura tidak tahu atas identitas kedua wanita tersebut, karena ketatnya pengawasan tentara Jerman. Di lain sisi, Antonina sedang mengandung anak kedua, calon adik Ryszard. Dalam waktu yang rawan seperti demikian, Jan dan Antonina melakukan gencatan sementara dari aksi penyelamatan.

Beberapa bulan, pemerintah Nazi Jerman memutuskan untuk merayakan ulang tahun Hitler, sang pimpinan tertinggi (il fuhrer) di gedung tahanan Yahudi. Sialnya, dalam gedung itu hanya terdapat sedikit tapol Polandia. Para panglima Jerman berang, lantas dibakarlah gedung tahanan itu beserta isinya. Di saat bersamaan, Antonina berjuang melahirkan anak kedua di rumahnya, lantaran rumah sakit Polandia sudah dikuasai tentara Jerman.

Tepat sore di pertengahan 1943, Antonina melahirkan seorang bayi perempuan. Lalu Jan mempersilakan putra sulungnya memberikan nama terindah untuk sang adik:

Bolehkah aku memberinya nama Teresa, ayah?” (Ryszard, bagian tengah Zookeeper’s Wife)

Kendati kebahagiaan bertambah untuk keluarga Jan, masalah berkembang semakin rumit. Dr. Lutz Heck semakin berhasrat pada Antonina, meski wanita yang ditaksirnya itu sudah bersuami dan beranak dua. Beberapa kali, Lutz Heck mencoba berbuat seronok pada istri penjaga kebun binatang tersebut. Untungnya, meski Antonina hemat bicara, ajakan Lutz Heck yang tampan tapi sarkastik dan serampangan itu selalu bisa dielaknya.

Tetapi, pandangan Antonina pada Lutz Heck mulai sedikit melunak dua tahun kemudian, dimana Jerman harus menyerah pada kekuasaan Uni Soviet. Antonina terdesak dengan kondisi sulit: Jan menghilang setelah sebuah peluru menghantam truk yang ditungganginya, dan hanya Heck yang mampu memberikan bantuan pelacakan. Sialnya, Heck justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ini untuk berbuat seronok pada Antonina. Saya yakin, penonton akan merasa bahwa Lutz Heck memang pantas dapat cercaan, karena sikap asusilanya yang terus kumat. Dengan kondisi terdesak, mau tidak mau Antonina harus melayani nafsu bejat dari zoologi berkumis tipis ini supaya Heck mau mengerahkan pasukan untuk mencari suaminya.  

Antonina dan Jan, berjuang bertahan hidup dalam Zookeeper's Wife

Pengorbanan Antonina pun tak sia-sia, pasukan Jerman bergerak untuk mengidentifikasi keberadaan Jan. Di lain sisi, Magda mengungsikan Teresa, sementara Antonina dan putranya bersembunyi di sebuah ruang bawah tanah. Lutz Heck kemudian kembali ke rumah Antonina bersama beberapa anak buah. Lutz Heck marah ketika mengacak-acak dinding bawah tanah rumah Jan dan Antonina. Ditemukannya gambar bintang enam serta gambar-gambar anak kecil yang memenuhi tembok.

Heck yang berang menyadari bahwa para pengungsi Yahudi selama ini ditolong oleh Jan dan Antonina, kemudian bergegas mencari sang istri penjaga kebun binatang. Tatkala menemukan mereka berdua, Lutz Heck mendekap Ryszard dengan mengacungkan pistol. Antonina memohon agar Lutz tidak menembaki putranya, tetapi tetap saja sumbu timah panas itu ditarik. Antonina pingsan mendengarnya.

Jan dan Antonina, perbandingan antara nyata (kiri) dan film (kanan)


Untungnya, Ryszard tidak dilukai, dan Heck pergi dengan damai. Rumah mereka telah kosong, maka bergegaslah ibu dan anak ini menyusul penduduk Polandia mengungsi keluar dari Warsawa. Tak lupa, mereka berdua membawa serta seekor kelinci dan seekor banteng bison milik Heck. Heck yang telah kembali ke Jerman, sangat terpukul melihat kebun binatang Jerman sudah dibumihanguskan pasukan Uni Soviet.

Di tengah pelarian, Antonina melepaskan bison itu ke hutan. Empat bulan berselang Uni Soviet berhasil membuat Jerman menyerah, sehingga terbukalah kesempatan bagi penduduk Polandia untuk kembali merajut negaranya. Warsawa kembali pulih perlahan, berikut dengan kebun binatang legendarisnya, meski menyisakan puing-puing akibat serangan bombardir udara dan darat. Terlebih, salah satu karyawan Jan yang paling setia, Jarzyk, masih hidup dan turut menjaga kebun binatang itu.

Ryszard, masih hidup hingga kini menjaga komitmen orang tuanya


Tak lama, Jan kembali pulang ke rumah, setelah merasakan jadi tawanan perang untuk beberapa lama. Jan dan Antonina saling melepas rindu, sembari menyaksikan pemugaran kebun binatang mereka. Tercatat dalam sejarah Yahudi, diklaim oleh seorang tokoh bernama Yad Vashem,  keluarga Zabinski berjasa dalam menyelamatkan tiga ratus penganut Yahudi di Polandia.

A hero born in chaos. Demikian premis yang sering bergaung sejak umat manusia memasuki tahun Masehi. Orang menjadi pahlawan pada saat kesulitan dan kesempitan menghimpitnya. Kendati judul film ini adalah a Zookeeper’s wife, sejatinya yang menjadi pahlawan adalah Jan dan Antonina Zabinski.

Dalam film ini, Antonina menjadi sosok pahlawan yang dominan, karena kesabaran dan kelihaiannya berjuang, meski ia bukan tipikal wanita yang ceplas-ceplos. Kekuatan dari Antonina bukanlah serta muncul secara natural, melainkan karena ia ditempa oleh berbagai pilihan sulit yang mengerubunginya dalam situasi serba kacau.

Saat melihat Antonina, saya coba untuk meresapi pembawaannya seolah dia adalah ibu sendiri yang sedang berjuang di antara keganasan perang. Perjuangannya bisa jadi tak lebih lama daripada pahlawan nasional kita yang bergerilya melawan penjajah bertahun-tahun, namun bukan berarti minim apresiasi. Kecintaannya kepada keluarga dan segenap satwa yang menjadi tanggung jawab menempanya berkorban demi melalui situasi sulit. Di titik itu, keharuan muncul dalam benak saya, karena ia tetap ingin sekelilingnya hidup aman dan sentosa, kendati ia kerap menjadi sasaran perundungan para penjajah, terutama ahli hewan licik Lutz Heck.

Sebagai seorang pria, Jan mungkin tidak kuasa menghindari rasa cemburu melihat kedekatan Antonina dengan Lutz Heck. Adakalanya ia pun meragukan kesetiaan istrinya saat mengakrabi penjajah. Namun, sejatinya memang kadang kesabaran harus serba dipanjangkan. Pengorbanan Antonina cukup pahit, namun di akhir cerita membuahkan hasil yang manis: anak-anak, hewan binaan, serta banyak tawanan yang selamat.

Kisah Antonina yang diabadikan oleh Diane Ackermann sebagai sebuah novel non-fiksi, merupakan hasil cuplikan dari buku harian yang disusunnya selama menjalani hari-hari berat peperangan. Tak dapat dipungkiri, sekali lagi diari menjadi salah satu sarana yang penting dalam 'menjalankan' fungsi sejarah. Dari perasaan-perasaan yang terkumpul dari seorang Antonina, maka film ini dapat menyadur wataknya yang sedikit pendiam. 

Sekali lagi, Zookeeper's Wife menambah daftar panjang deretan kisah sejarah yang mengambil dari sebuah diari. Barangkali, orang terdekat kita saat ini tak terlalu banyak mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam kondisi sulit, tetapi menuangkannya dalam tulisan. Jadi, mungkinkah seorang sosok pahlawan sedang melahirkan kembali dirinya, saat perasaan-perasaannya tercurahkan untuk bercerita tentang kekalutan? Boleh jadi, kita takut jejak digital. Tapi jangan lupakan bahwa ada banyak pahlawan yang masih terkenang berkat kumpulan perasaan yang terbukukan. Khawatirlah tentang bagaimana sejarah menulis kita. 





  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...