Minggu, 19 Januari 2020

Qiyas Menyeimbangkan Kehidupan

Jadilah pendamai, namun jangan jadi permisif, karena pohon rindang pun butuh akar untuk berdiri, agar tidak goyah dihempas angin, maka manusia pun butuh pijakan, agar mampu bedakan teman baik dan buruk.
Jadilah lemah lembut, namun janganlah kau merendahkan diri. Kail yang menarik ikan meski lentur, tetaplah tidak mudah bengkok. Maka jadilah orang lemah lembut yang lentur tapi teguh memegang prinsip.
Jadilah kau orang yang teguh tapi jangan sampai menindas. Pedang dan tombak yang tajam punya gagang agar mereka bisa dipegang, maka janganlah keteguhan soal nilai menjadikanmu jadi tertutup dan memandang rendah yang lainnya, tetaplah jadi yang bisa diandalkan dan terpercaya.
Boleh saja waspada, tapi jangan sampai penuh prasangka. Masakan sup matang dengan panas kompor yang tepat, tapi meleleh bila dipanaskan terlalu lama. Jangan buat dirimu susah dengan terlalu banyak menebar curiga.
Boleh saja punya harapan, tapi jangan terhenti jadi khayalan, yang kelak hilang lalu lalang jadi fatamorgana . Mencapai langit pun kamu butuh pesawat, jadi segera bangun pesawatmu biar harapanmu lekas dipeluk
Maka kamu sesekali berhak untuk percaya diri, tapi jangan sombong. Sekuat-kuatnya batu karang, rubuhlah ia karena dihantam ombak yang halus. Sombong hanya jadikan dirimu kerdil karena tidak semua kepercayaan dirimu hasil daya upaya mu sendiri.
Dan itu adalah hakmu untuk jadi pencair suasana bagi sekitarmu, tapi jangan membuat mereka terlena, ataupun lupa mereka berbeda batas kesabaran denganmu. Seimut-imut kelinci, kaki mereka kuat untuk meloloskan diri dari elang. Maka janganlah kau terlena ketika kau mampu jadi penghibur, sehingga tiba-tiba kamu terperangkap dalam leluconmu yang tidak selalu menyenangkan bagi yang lain.
Kamupun berhak untuk kecewa, tapi jangan menabur dendam. Kembang api memang indah , tapi hanya bila kau lempar ke langit, bukan ke segala arah. Maka simpanlah kecewamu , salurkan padaNya, lalu pada orang yang kau percayai, biar kecewamu tak jadi arus dendam membinasakan .
Maka kamu berhak untuk menjadi bijaksana, tapi sesekali luangkan waktumu untuk bercanda. Bahkan bambu yang mengalirkan air mengikuti alirannya, agar ia tak tenggelam karena beratnya. Maka janganlah kau batasi dirimu lantaran kau rasa dirimu berilmu,sejenak buka sekat pikiranmu dan jadilah sosok luwes yang bersahaja.
(Source: Rendy Saputra " Simposium Kepemimpinan 8 Januari, the idealist)

1 komentar:

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...