Kamis, 14 November 2019

Refleksi FIlm Finding Mr. Right: Bagaimana Kesetiaan Menjadi Obat Manjur Penakluk Materialistis


"Bri, aku heran deh. Kemarin temanku putus  dan miris banget. Selama pacaran dia padahal ga pernah absen kasih duit dan perhatian yang ga sedikit buat ceweknya. Ceweknya kerja dan dompetnya selalu kosong di akhir bulan. Bahkan ngutang. Aku jadi ngeri sendiri, Bri. Gimana ya kalau besok tunangan sama cewek matre?" keluh temanku panjang lebar pada suatu ketika.

Awalnya aku merinding dengan penuturannya: jangan-jangan besok dapat giliran. Tapi mendadak aku ingat sebuah kisah romantis yang pernah kutonton saat naik pesawat pulang ke Indonesia. Lantas, aku kembali mengajukan tanya pada temanku itu.

"Kira-kira temanmu itu sering ketemuan dan saling ngobrolin cita-cita bareng sama yang sekarang jadi mantannya itu?"

"Wah jarang sih. Kan dia pramugari jadi jarang menetap dan ketemuan lama."

"Ya kalau kuakui, sebenarnya teman kamu  beruntung, Med. Sebelum naik pelaminan sudah tahu sifat asli calon istrinya."

"Ya sih, cuman sayang. Pengorbanan dia buat ceweknya itu udah banyak."

"Sekarang sih kita ga usah khawatir. Bisa jadi, ada yang sedang berdoa supaya dijodohkan dengan teman kita itu, lantaran kagum dengan dedikasi cintanya."

"Pede amat kamu, Bri. Apa jangan-jangan kamu udah lihat siapa yang naksir teman kita itu?"

"Belum yakin sih. Tapi aku sih percaya orang setia akan berjodoh dengan orang yang setia juga."

Mungkin memang penuturan asumsi tidak cukup untuk menbuat teman saya itu lega. Yang saya yakini, sifat mata duitan ada saatnya akan punah ataupun terkendali.

Kepala saya terngiang-ngiang akan isi film Finding The Mr. Right. Apakah ini semacam film drama picisan? Di menit pertama memutarnya, memang demikian prasangka saya menghasut. Namun sekian menit berlalu, saya mulai tenggelam dalam perwatakan dan perawakan para pemain yang ada dalam film terbitan tahun 2013 tersebut.

"Bri, apa kamu jangan-jangan dapat wangsit? Kok yakin banget dia bakal ketemu jodohnya bentar lagi?"

Temanku kembali bertanya memecah lamunanku. Kujawab saja dengan mengangukkan kepala. "Ya, soalnya baru dapat bisikan rahasia."

"Dari mana?"

"Produser film Asia."

Kami pun berkelakar ringan, lalu berpisah jalan.

Oke, mungkin saatnya mendalami apa yang menjadi lamunan saya soal film.Finding Mr.Right, demikian tajuk film yang menggugah tersebut. Padahal kalau sub-title judul Tiongkoknya dieja pelan-pelan, judul asli film ini adalah :"Dari Shanghai menuju Seattle"

Hanya saja, kalau saya menjadi produser cerita filmnya, judul tersebut takkan dipastikan takkan tercantum di trailer, iklan, maupun pamflet. Maaf pak produser, memang lebih memikat menggunakan judul "Finding Mr. Right"

Image result for finding mr. right
Finding Mr Right: Kesetiaan Menaklukkan Materialistis
                                              

Yang akan kita jumpai dalam film drama 123 menit ini, adalah kisah mengadu nasib di negeri orang tanpa sertifikasi, yang bermuara pada kisah asmara yang langgeng. Kendati latarnya mengambil penampakan kota Seattle, sutradaranya menempatkan film ini selaku wahana perubahan dan pendalaman konflik asmara antara kedua tokoh utamanya.

Dalam film besutan Xue Xiaolu ini, diceritakan bahwa ada seorang diva asal Tiongkok hendak mengadu nasib di Amerika dan menemukan ayah dari bayi yang dikandungnya. Dia yang bernama Jiajia ini kemudian bermukim di asrama khusus yang menampung ibu hamil.

Lantaran hanya berbekal pede dan modal dengkul, Jiajia tidak siap dengan segala perubahan dan aturan di Seattle. Mau tidak mau, wanita muda ini akhirnya banyak bergantung pada supirnya yang  sudah beruban, Frank.

Kepada Frank, Jiajia sering membanggakan calon ayah bayinya yang konglomerat, yang menjanjikannya hidup bergelimang harta. Frank sendiri sebenarnya adalah seorang dokter beranak 1, yang sedang diambang perceraian dengan istrinya. Frank terpaksa menjadi supir, lantaran lisensi praktek di Amerika terganjal birokrasi dan prosedur yang rumit.

Awalnya Frank harus sering menahan jengkel dan kesal dengan berbagai tingkah Jiajia yang sembrono dan seenaknya sendiri. Namun, setelah Jiajia memahami konflik rumah tangga Frank lebih mendalam, tumbuhlah simpati di dalam hati Jiajia.

Setelah ikut akrab dengan putri Frank yang masih berusia 6 tahun, lambat laun Jiajia semakin lengket dengan Frank lalu lupa tujuan utamanya mencari ayah dari bayi yang dikandungnya. Ikatan emosi itu kian kuat terutama setelah Frank begitu rajin dan telaten mendampingi Jiajia memeriksakan kandungannya. 

Pada suatu ketika, Jiajia mengalami pingsan yang membuatnya harus segera bersalin. Setelah 3 hari tak sadarkan diri, Jiajia semakin tersentuh mendapati hanya Frank yang menemaninya hingga siuman.
Hingga pulih, Frank menerima Jiajia untuk tinggal sementara di rumahnya, sampai Jiajia kembali pada misi utamanya. Tidak lain tidak bukan, adalah menemukan ayah dari bayinya.

Sekian tahun hidup berdua bersama putrinya, Frank kembali bertemua Jiajia bersama putra kecilnya di sebuah menara.  Jiajia mengakui bahwa dirinya sudah tak ingin berhubungan dengan ayah dari putranya, lantaran kasih sayang hangat dari Frank menggugah hatinya.

Demikianlah film tersebut menjadi inspirasi saya. Setelah film itu saya cerna, rasanya sifat buruk setiap orang akan menemukan penawarnya pada waktu yang tepat. Karena manusia tak hanya kaya dari materi, namun juga dari arti kedekatan yang tulus dan membangun. Berangkat dari ketidaksengajaan mencerna film 2 jam tersebut, saya mencoba belajar untuk sabar dan setia, manakala menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan dari pasangan maupun orang sekitar kita.

Sebagaimana luka yang menyergap kita bisa pulih oleh waktu, demikian pula sifat buruk kita yang kadang mendarah daging.

SEKIAN

4 komentar:

  1. Ga jadi teacher diary, apa gegara temennya temen yang baru putus? Wkwkk

    BalasHapus
  2. hahahha, besok mba kif. Ini dulu spoilernya..

    BalasHapus
  3. Waah, jadi ahli naklukin cewek matre ini....kwkw

    BalasHapus
  4. Aku usilin ya mas Bri...
    Paragraf pembukanya byk serangan AKU dan mas Bri lupa, bbrp kalimat stlh titik tdk ada spasinya....


    Isinya, wow...kereeeen

    BalasHapus

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...