Minggu, 06 Januari 2019

Introduksi: Ngeblog itu sama seperti ngasi makan setiap waktu, really?

Mengenal dunia blog kadang memang hal yang saya jalankan dengan pincang. Pernah dapat kewajiban untuk bikin blog terkait kelulusan mata kuliah. Tapi ga saya urus telaten.
Kelar kuliah, ya sudah wordpress terbengkalai. Ga bayar ya angus. Mulailah ada sedikit penyesalan, mengapa ga lebih tekun saya menyusun blog.

Tapi nasi udah jadi bubur. Que sera sera Ternyata blogger yang saya bikin di pertengahan 2015 masih ada meski melempem tiada tambahan konten.Maka selama beberapa tahun ini, saya gak tahu harus dapat dorongan darimana biar blog kembali berjalan. Ternyata motif ekonomi jadi cambuk pemecutnya. Kebutuhan makin banyak, apalagi semenjak ada si kapten mungil.

Belum lama ini, saya berkenalan dengan Asep Solikhin. Dia adalah praktisi freelancer blogger yang mencoba tawarkan gagasan bahwa ngeblog ibarat kasih makan siang pagi malam. Tapi saya ga langsung manut.

Ngeblog yang ini saja, lebih mirip membuka kembali toples yang nyaris diserbu jamur. Boro boro kasih makan orang. Nanti mereka malah keracunan kudapan melempem. Yikes!! Eh. Ternyata pikiran saya ini adakalanya lebih berisik daripada mulut. Ada aja ide yang kadang nyampah kadang bagus, mendadak muncul. Mulailah saya mikir: kenapa ya gak diwadahin aja?

Saya terbilang lumayan sering nulis di medsos, dan ternyata di pertengahan Juli cerpen kompilasi terbit. Tapi ternyata itupun ga cukup untuk jadi perangkap untuk ide ide liar di kepala. Mungkin, karena saya tak puas dengan honorarium buku yang hanya dibawah 50 ribu rupiah.

Karenanya, ketimbang harus diumpamakan blog ini sebagai piring, lebih enak untuk dijadikan toples saja. Silakan ditutup bila sudah tidak dimakan, tapi segeralah dibuka saat butuh kudapan.
Saya berharap: tulisan yang tiba - tiba ada di toples ini bisa menghadirkan kerenyahan dalam mengisi keseharian kita. Entah saya maupun kamu yang terpincut membacanya.

Tapi bila anda tak tertarik membaca, cukup aku saja yang terus 'ngemil' di toples ini. Lalu akan kutawarkan cemilan lain yang bisa jadi kamu, anda ikut memakannya. Disitulah kita akan berbagi.
Sungguh, banyak momen renyah yang kadang sayang bila tiada toples yang menyimpannya. Lempem sendiri deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Tembakan Salvo di Ujung Senja - Briantono Muhammad Raharjo-   1948, Jember   "Mbak Rukmini, kenapa sekarang Bapak hanya jad...