Pada sesi kali ini saya kira merupakan momen yang tepat untuk kembali membedah teknik-teknik resensi sastra tulisan. Salah satu bentuk sastra tulisan yang paling umum adalah cerita pendek. Cerita pendek, meskipun singkat dan padat, adakalanya punya muatan yang lebih komprehensif dibanding puisi bahkan novel tersebut.
Salah satu begawan cerpen Indonesia yang kini adalah satu founder Mojok, berpendapat bahwa cerpen adalah gerbang masuk bagi sastrawan pemula.
"Dibandingkan puisi yang harus menuruti struktur dan pola yang sangat tertata, ataupun novel yang harus disusun dari sekian suspensi agar menjaga ketertarikan pembaca, para sastrawan pemula bisa mencoba menulis cerita pendek terlebih dahulu." (Puthut Ea, kata pengantar kumpulan cerpen Kitab Rasa)
Kalau menurut saya pribadi, lebih mudah untuk menyusun puisi selama bisa cermat menggunakan diksi. Soalnya untuk menjaga kualitas cerpen, kadang butuh siraman 'suspensi' dan 'pendalaman linear' konflik. Acapkali saya juga termuka beberapa cerpen yang punya karakter jauh lebih unik ketimbang karakter yang ada di novel. Salah satunya pada kompilasi cerpen milik Eyang Budi Darma dan Almarhum Eyang Hamsad Rangkuti. Karakternya tidak ada yang mutlak hitam-putih, bahkan lebih aneh dari tokoh fiksi yang biasa kita jumpai.
Selain itu, dalam kumpulan cerpen biasanya ditemukan karakter yang lebih beragam. Ketika format cerpen ini tidak disusun dengan benang merah tema ataupun kesamaan karakter, cerita, hingga kejiwaan karakternya, rasanya agak kurang pas jika menerapkan pola resensi yang umum diterapkan pada buku 1 tema.
Saya kira, ketimbang sekedar mengulas garis besar isi buku, yang kemungkinan besar lebih bercerita soal gaya penulisnya, beberapa teknik resensi memungkinkan kita 'mengulik' muatan cerpen untuk menulis ulang cerpen baru. Setelah pernah kursus 'cerpen media', ada 2 sudut pandang yang digunakan dalam meresensi cerpen:
A. Sudut pandang pembaca, penikmat, dan kritikus.
Dengan menggunakan pendekatan ini, biasanya yang kita nilai adalah soal pengemasan substansi cerita, kutipan yang enak dicuplik, hingga penilaian cerita sesuai dengan apa yang kita baca.
Meresensi cerpen dengan sudut pandang pembaca, ada 5 hal yang dinilai:
1. Kutipan Menarik: merupakan salah satu penentu daya tarik cerita: inspiratif,manipulatif, ataupun konservatif. Faktor ini juga yang menentukan seberapa mampu suatu cerita membawa impact untuk pembaca. Akan tetapi, tanpa alur penyusunan yang relevan, kutipan bisa jadi menghambarkan esensi cerita.
2. Paragraf kunci: Setiap cerita punya judul, tema, dan latar. Paragraf kunci merupakan faktor penentu kesinambungan antara tema dan isi. Sebagai pembaca yang kritis, menemukan paragraf kunci merupakan faktor penentu utama untuk memahami 'otak dari cerita' hingga mendalami garis besar konflik yang terlibat di dalamnya.
3. Pesan moral: kadangkala tersurat, adakalanya tersirat. Faktor penentu ini adalah tentang seberapa bermanfaatkah suatu cerita pendek bagi pembacanya. Ada banyak cerita yang punya estetika penulisan dan konflik, tapi tak semua bisa diambil hikmahnya.
4. Pendapat mengenai cerpen: Kelas kursus cerpen saya pernah berkata: semakin terbuka tafsir suatu kejadian yang ada dalam cerita pendek, semakin bagus ceritanya. Penulis yang matang biasanya piawai untuk memandu pembaca untuk terlibat di dalam cerita tanpa mengungkap "isi sebenarnya" dari suatu cerita. Cerpen yang sukses adalah cerita pendek yang menenggelamkan pembacanya pada masalah dan situasi, hingga membuat pembacanya menghubungkan dengan suatu kejadian di dunia nyata.
5. Kritik terhadap cerpen: sebagus apapun suatu cerita, pasti ada celahnya. Kritik yang membangun bukan hanya tentang kemampuan kita menangkap typo dan spasi di balik cerita, namun juga memperhatikan 4 unsur yang ada di atas. Beberapa kritik yang menurut saya substansial, adalah yang bisa melihat kesinambungan alur dan konsistensi cerita, hingga mengkritisi pola karakter dalam cerita.
5 faktor ini adalah tumpuan kita sebagai pembaca untuk melihat lebih jauh 'daya evolusi' dan ' pengaruh' dari suatu cerita. Di antara cerita pendek yang kini banyaknya sudah seperti semut, membekali pandangan menafsirkan cerita adalah bekal berharga bagi seorang pembaca.
2 pendekatan ;mengulik' kumpulan cerpen |
Selain itu, jika tujuan kita membaca cerita adalah 'menyalurkannya' ke bentuk tulisan yang baru, maka ada 5 faktor yang bisa digali:
B. Sudut pandang pencerita ulang/ penulis
Seperti halnya kita membeli semen untuk memahat dan menyusun bangunan, beberapa isi dari cerita pendek bisa mendorong kita untuk menulis materi baru. Berikut ada 5 faktor utama dari cerita pendek yang bisa diulas untuk menajamkan intuisi menulis:
1. Situasi: memahami pergerakan situasi dalam suatu cerita merupakan hal penting untuk membangun maupun sekedar mengkritisi alur cerita. Cerita pendek yang bagus membawa pembaca untuk tenggelam dalam situasi yang dibangun lewat pemaparan soal penginderaan, ketimbang membawa pembaca pada informasi eksak dari isi cerita.
Sebagai contoh:
i. Anak tetangga dibawa ke RS karena terjatuh saat naik motor.
ii. "Kepalanya bersimbah darah, kaca spionnya terlepas dari badannya, hingga aku lari membaur bersama warga mengangkatnya. "
ii. kalimat ini memang sebuah cerita, namun salah satunya hanya bermanfaat sebagai informasi, selama tidak membuat pembaca terikat pada situasi.
2. Perawakan: Setiap karakter yang ada dalam cerita pasti punya ciri khusus. Semakin bagus perawakan suatu karakter, biasanya ciri-ciri fisiknya bisa diingat pembaca dalam waktu lama. Sebagai contoh kasus, kira-kira anda lebih hafal yang mana:
, perawakan Joker dalam Batman ?
- perawakan Badut Mc Donald.
Bagaimana perawakan ini bisa diingat dengan baik ini juga tergantung dari situasi cerita yang disusun, dan seberapa jauh keterlibatan watak karakter tersebut membangun cerita.
3. Perwatakan: merupakan unsur intrinsik utama suatu cerita. Watak karakter yang hambar adalah karakter superhero yang baik rajin menabung hafal pancasila dna tidak sombong, serta ibu tiri kejam penuh konspirasi tidak pernah senyum. Watak karakter yang menarik memang agak sulit untuk disusun, karena cukup tergantung pada situasi dan perawakan si karakter.
Bukankah hal menarik, jika anda menjumpai karakter mahasiswi terpelajar dan lugu, ternyata punya hobi menyiksa binatang.
Perwatakan yang bagus adalah yang bisa membuat pembaca segera mengindetifkasi ciri fisiknya serta situasi yang akan dibangun dengan kehadiran karakter tersebut.
4, Percakapan/interaksi: kadangkala unsur percakapan ini tidak tecantum dengan jelas di sebuah cerita. Percakapan seorang tokoh dengan dirinya sendiri pun sebenarnya sudah bernilai sebagai interaksi. Percakapan yang hambar dalam cerita biasanya yang mengangkat topik yang membuat situasi cerita terdistraksi, sementara contoh dialog yang baik adalah membangun suspensi konflik dan situasi cerita.
5. Alur logika cerita: Salah seorang sastrawan latin pernah berpesan: bahwa sefantasi-fantasinya tetap harus ada alur logika yang bisa dipahami pembaca. Penulis yang baik akan menganalisa dan merangkum sebab-akibat, serta faktor-faktor penyusun muatan cerita. Sungguh bukan cerita yang bisa ditangkap otak dengan cepat, ketika sedang cerita tragedi unggas tiba-tiba malah tenggelam dalam pembahasan mie telor bebek.
Soal bagaimana kedua teknik ini diterapkan, saya persilakan teman-teman untuk menyimak resensi kumpulan cerpen yang akan tersaji besok.
Dengan hormat,
Briantono MR
Catet 😁 aq masih butuh asupan materi. Semangat
BalasHapusAku masih kaku kalau nulis cerpen hehe
BalasHapusNderek sinau nggih...
BalasHapuscerpen sulit bagiku
BalasHapusAku masih kaku dalam nulis. Perlu banyak belajar. Terima kasih tulisannya.
BalasHapusInformatif sekali tulisan yang diberikan. Saya saja masih belum luwes dalam menulis suatu resensi.
BalasHapusTerima kasih informasinya ya kak, sangat bermanfaat
BalasHapusNio: sip, jangan lupa di mind map biar meriah. Wkwkwk
BalasHapusAysafitri: biasanya kalau kedapatan tugas bikin 10 naskah dalam sebulan, tahu-tahu lancar bikin tema alur judul suspense, dan plotnya .
Mba nis: matur nuwun mbak
Mardha: memang ga semua orang nyaman dan mengalir saat bikin cerpen. Tapi kalau udah ditekuni, enak banget.
Mba yoha: keep on writing.
Mba maria tanjung: nanti jga ada titik luwesnya.
Murfidah: thanks, semoga bermanfaat juga untuk perbaikan saya ke depannya.