▼
Jumat, 01 Oktober 2021
Menakar Kembali Kadar Pemberi Obat Hati
Sebuah Catatan 2016
Kalau badan kita sakit, tentu datang ke dokter dan minta resep obat: entah generik atau antibiotik, atau hanya sekedar berobat alternatif dan minum jamu langsung diglek, dipijit, wes ewes ewes bablas sakitnee.
Lalu bagaimana bila hati kita yang sakit? Bermacam pula solusinya ; dari mulai ibadah intensif, rajin mengaji, kebaktian, itu kalau secara pilihan idealnya. Sebagian orang mengambil pendekatan yang sekarang sudah cukup umum, dan bahkan diriku pun kadang berobat hati dengan cara demikian: Datangi motivator dan dengarkan seminarnya. Yes, obat hati itu bernama motivasi dibawakan praktisi yang bertajuk motivator: lalu terhibur oleh petuah petuah sakti mandraguna bikin hati ces pleng.
Tapi sama seperti halnya obat antibiotik, jamu, dan lainnya, motivasi punya aturan pakai. TIDAK semua petuah sejuk harus dilahap mentah mentah: karena bisa berefek samping Racun Pikiran dan Racun Sosial; seperti halnya efek overdosis obat yang bikin komplikasi a b c d sakatonik abc. Boleh jadi para pembaca status saya ini mengira saya mengada ada; tapi ketahuilah banyak saya dan teman saya akhirny sempat luntang luntung bingung ga tahu tujuan hidup, karena telan mentah2 motivasi.
Maka, seperti apakah motivasi yang beracun itu? Kalau menurut senior saya, Surya K, ada 3 ciri, dan saya tambahin 2 ciri2nya, menurut kajian beberapa buku pembanding:
1. ["Ngapain hari ini kerja jadi karyawan, kerja pada orang mending jadi pemimpin di bisnis sendiri"] : ya, ini paling beracun karena secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi orang BAHWA JADI KARYAWAN, BURUH adalah kerjaan rendah. Damn, memangnya seorang pemimpn bisnis bisa melakukan semuanya SENDIRI tanpa satu orangpun karyawan? Hahaha, motivator kaya gini musti dicemaskan, takutnya besok dia melongo karena kantornya kosong lantaran karywannya resign jadi pebisnis semua: berharap langsung jadi bos.
2. ["Ikutilah Passion kalian: untuk apa buang waktu di hal yang ga disukai?] : ini masih mending dari yang pertama, meski tetep tidak lucu; karena bisa jadi para penikmat motivasi seperti ini mendadak malas kuliah, resign dadakan, ga mau kerjain pekerjaan rumah tangga dengan alasan :"Ini BUKAN PASSION SAYA!!" Saya pun juga dulu berpikiran untuk melakukan HANYA APA YANG SAYA SUKAI DAN SENANGI,...yang kemudian pemikiran seperti ini menjadi polusi, adalah membuat orang lupa :"Ada begitu banyak hal yang harus saya lakukan dan saya capai: MESKIPUN BUKAN KEINGINAN SAYA". Itulah yang namanya OBLIGATION, (kewajiban)...memang membuka bisnis yang penuh trial dan error demi dapat sukses masa depan itu bagus, tap jangan disaat orang tua, saudara, anak2 dan istri sedang butuh keseriusan kita mengelola hidup , terutama saat masa terhimpit! Jangan juga begitu ketemu pelajaran ga disukai pas kuliah, langsung minta pindah kuliah, emak bapak yng bayar,....duh mau dikemanakan porsi kewajiban berbuat baik dan berkomitmen pada ortu, lantaran keegoisan karena suatu hal yang ga disukai? Orang sukses Yang jadi tokoh dunia abadi; mereka belajar menahan diri terhadap hal2 yang ga disukai dan tetap menikmati berbagai macam pelajaran yang kadang PAHIT....
3. ["Ga usah pedulilkan kata orang lain, percaya dan ikuti kata hatimu"] : terdengar logis dan indah, tapi tetep masih GA LUCU; why? Mari simak lirik lagu gigi "Tuhan" : "....hati adalah cerminan....tempat PAHALA DAN DOSA BERPADUUU,...Huwooo". Jadi kata hati tak selalu berbuah kebaikan, kadang2 juga dorongan berbuat jahat. Percaya diri dan jadi diri sendiri itu hak setiap individu, dengan catatan bahwa sampah masyarakat pun percaya diri dan jadi diri mereka yang buruk bukan suatu yang mendatangkan manfaat. Jadi garing kan, apalagi kalau lihat tayangan tahanan KPK yang baru divonis, mereka cuma lempar senyum tanpa minta maaf, saking merasa :'inilah Diriku apa adanyaaa, akubangga jadi diriku sendiri". Pret, benarkah jadi diri sendiri adalah Kebal feedback dan input dari orang lain?? Huhahahaha, kalaumemang demikian, dokter mana laku soalnya tiap pasien yakin sakit adalah keadaan dirinya yang ideal. Awalnya, memang saya senang mengikutiapa kata hati, sampai ga dengerin orang lain: lalu otomatis orang lain kadang malas ngomong jujur sama saya. Memang suatu hal yang wajar, kalau ga bisa bahagiakan semua orang, tapi bukan berarti semua orang ga berhak didengarkan. Paling nggak, meskipun kita ga mengikuti kemauan semua orang, paling ga hadirkan sikap mendengr yang penuh simpati, jadi orang enak bicara apa adanya sama kita.
Oke, 2 ciri yang lain, yang perlu diperhatikan dari seorang motivator:
4. [Motivator bertahun2, sumber pemasukan yang lain apa ya?]: memang tidak segaring 3 yng diatas, tapi meski udah puluhan tahun memotivasi, tetep kalau mendengar suatu wejangan dari motivator, perlu dilihat kapabilitas nya yang lain;terutama yang mendukung dia untuk mwmberi petuah macam2 . Hati hati, motivator yang hanya jago bicara pun ga sedikit,..dan ini yang kadang disindir sebagai "pengems gaya baru". Kok gue lancang merefer sebagai demikian? Karena kalau cuma omong doang dapat duit, pengemis juga bisa....dan yang menyebalkannya bila sudah pasang tarif ga masuk akal dan minta banyak tunjangan. Hueee, ngareeppp. ....
5. ["Munafik, kalau lu ga butuh duit"!] : terlepas dari konteks manapun, memang duit dibutuhkan pada banyak hal. Tapi banyak2 hal2 non duit yang menunjang performa seorang manusia, jadi cukup sempit impian bila HANYA memimpikan duit banyak karena masuk jurusan a, masuk pwrusahaan a, pilih hobi a. Jangan lupa bahwa kasus asusila ga langsung bikin tidur tenang meski gaji dan tunjangan melimpah, dan ga sedikit orang susah cari kerja karena gatahu mesti ngapain lagi selain nyari uang. John c. Maxwell:" berilah buruhmu cukup upah dan pujian: pujian tanpa upah tak membayar rekening listriknya, upah tanpa pujian tak segera menghilangkan kegalauan dan kebosanannya"
Oke, sebelum mengikuti seminar motivasi apapun, jangan lupa baca aturan pakai. Buat saya, aturan pakai terbaik buatkehidupan mutlak dari Al quran dan Hadits: yang mencerahkan mana yang harus diikuti dan hanya SEKEDAR DIDENGAR....
Tentunya, penakaran ini kembali bisa dijalankan sesuai kemauan dan kekritisan masing-masing. Maklum, zaman sekarang banyak predator berkedok motivator juga. Memang masih jauh panggang dari api, agar bisa menemukan sosok-sosok yang bisa membangun jiwa secara utuh di nusantara ini. Namun, setidaknya kita punya bekal untuk meilah lebih jauh.
[SOURCE:
1. Surya kresnanda, Motivasi menyesatkan
2. JOHN C. MAXWELL, Maxwell Daily reader
3. Toxic leadership, Martin ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar