KABUT DI TENGAH SIMPUL
-Puisi ini adalah simbol keprihatinan untuk tragedi Bintaro 1987-
Besi-besi dalam roda saling memantul,
membawa ratusan jiwa berdesak,
kepada kampung halaman yang menanti,
dengan sejumput asa tak terperi.
Lurus, lurus, lurus,
Tiada yang salah dalam mata ini
Jalan terikat ini adalah garis lurus
Takkan tertukar ataupun melingkar.
Simpul-simpul terhubung,
dalam setangkup besi tipis raksasa
Terasa rumah yang dituju,
hanya segaris jarak pandang kornea.
Sekejap, percik-percik sinar muncul!
Menghadang seperti tembok yang berjalan
Bukan, itu bukanlah sekedar dinding biasa.
Benteng besi itu terus berderap mendekat…
Mulut terbuka, benteng besi hendak melumat,....
“Semoga ini hanya ilusi kabut semata”
pinta-pinta suara dengan doa bernada putus asa.
berharap desing gesekan baja hanya sebuah nisbi.
Luluh, lantak, berserak…
Besi -besi pengangkut pecah bertaburan.
Darah terhampar, jasad terburai
Senin tahun delapan tujuh, tragedi tercatat
(Gatot Subroto, 23 Oktober 2019)
sambil baca..sambil ngebayangin.
BalasHapustragedi yang mengerikan, semoga tak terulang
Ngeri
BalasHapusKurang wawasan sih... tapi dari kata yang disusun, tragedi silam telah terwakilkan
BalasHapusKlo tdk salah, peristiwa ini pagi hari, ya?
BalasHapus