Kamis, 24 Oktober 2019

JANGAN BACA CERITA INI!

Seekor iguana betina baru saja bertelur di sebuah sarang dekat pepohonan. Lantaran tak tahan panas, gundukan tanah di bawah pohon beringin adalah tempat yang paling sesuai untuk melahirkan telur-telur yang dikandungnya selama sekian bulan. Karena saat itu adalah musim hibernasi bagi beberapa hewan, termasuk si iguana, maka tidur untuk hampir sebulan adalah pilihan yang sungguh nyaman untuk dijalankan. 

Nahas, tak sampai sebulan, iguana mendengar ada suara kasak-kusuk hewan lain di sarangnya. Rupanya, telur yang dieraminya berkurang tiga buah. Risau mendera, iguana betina memantau segenap penjuru sarangnya. Terdapat jejak kaki sebesar musang, namun tidak seperti musang-musang pada umumnya. Jejak kaki bahkan dua kali lipat besarnya dari jejak binturong, -seekor musang hitam besar-. Namun, jejak kaki itu juga lebih kecil cakar macan.  

Maka, demi mengejar si pelaku penculikan telur, iguana menimbun puluhan telurnya dengan batu-batu besar dan tajam, tak lupa dengan sedikit makanan dan celah udara. Tidak ada yang bisa mencegah naluri seorang ibu untuk melindungi semua anaknya tanpa terkecuali. Setelah sarangnya tbentengi pagar-pagar batu yang melenyapkan bau dan penampakan  telur. 

Rupanya, jejak kaki besar itu masih memanjang menuju suatu titik. Iguana terus berusaha menyusuri jejak-jejak yang tercetak di sepanjang jalur dataran hutan yang berlumpur dan becek. Di suatu titik, jejak itu tak lagi tampak. Yang dilihat sang iguana adalah sarang trenggiling di depan jejak itu terhenti. Maka diketuknya sarang trenggiling. 

"Ya, mbak iguana, ada apa mengetuk pintu rumahku. "

"Mbak trenggiling, aku kehilangan tiga buah telur. Mereka diculik oleh seekor musang. Apakah engkau tahu kemana pencuri biadab itu pergi? Sungguh aku risau ia akan membantai anak-anakku itu."

"Nampaknya dia tadi berlari menuju sarang monyet siamang."

"Siamang? Apa itu siamang?"

" Jilat dulu kakiku, nanti kuberi tahu apa itu siamang"

Ibu iguana terpaksa menuruti permintaan trenggiling yang jahil itu. Dia memang belum mengenal seisi hutan, manakala sebagian penghuni hutan ini adalah binatang-binatang yang egois dan sering berperilaku aneh. Setelah dijelaskan berbusa-busa tentang monyet siamang, bergegas ibu iguana menuju peraduan para monyet siamang. Terlihat memang ada jejak kaki musang besar yang dia cari. Maka digoyangkannya pohon, untuk berbicara dengan salah seekor monyet siamang. 

"Hei iguana, ada apa kau menggoyang-goyangkan sarangku. "

"Tolong aku, tuan siamang. Aku melihat ada jejak kaki musang raksasa di dekat pohonmu. Apa kau melihat kemana ia pergi?"

"Aku melihat tadi dia pergi menuju sarang tarsier. Letaknya tak jauh dari sini. "

"Hah? Apa itu tarsier?"

"Jilat dulu kakiku, nanti kuberi tahu. "

Setelah iguana menjilat kaki siamang, dijelaskanlah tentang primata kecil bertelinga panjang itu. Bergegas iguana merapat ke ranting dimana seekor tarsier tertidur. Di bawahnya terdapat jejak kaki musang raksasa. Iguana tak berpikir panjang, segera ditepuknya primata kecil itu. 

"Iguana, ada apa kau membangunkanku? Sedang asyik mimpi indah, malah kau hentikan. "

"Maafkan aku nona tarsier muda. Anak-anakku hilang diculik seekor musang raksasa. Kau tahu ia pergi kemana?"

"Saat ia lewat, aku takut dan ku pilih untuk tidur. Tadi kulihat ia bergegas menuju daerah kekuasaan kasuari. "

"Kasuari? Apa itu?"

"Hoaaahhm, jilat kakiku dulu, mbok iguana.."

Dijelaskannya tentang kasuari dan wilayah kekuasaannya. Iguana semakin risau, hari semakin sore,  pelaku penculikan belum juga jelas rimbanya. Iguana semakin memacu larinya menuju semak-semak dimana seekor kasuari gagah berdiri. Di dekat gundukan tanahnya, terdapat jejak kaki musang raksasa. 

"Permisi tuan kasuari. Apa engkau tahu kemana pemilik jejak kaki ini pergi? Ia menculik anak-anakku!"

"Sepertinya aku tahu siapa dan dimana musang itu. Sarangnya hanya sekian meter dari sini, masih masuk dalam wilayahku. Musang itu adalah musang bajengkong."

TAMAT

8 komentar: