-Puisi ini disadur dari sejarah kelam salah satu benua di dunia-
Sejarah mengungkap peradaban kelam,
Terbangun oleh asumsi dan syahwasangka.
Saat angkasa menjadi kambing hitam
Atas segala nestapa, bencana, dan duka.
Dimana bila awan bertirai lembayung.
Pucat pasi seolah menahkodai raut muka.
Takut dan getir membuat diri terpasung.
Akan bahaya yang menyaru dibalik udara.
Berlindung dalam rumah takkan datang rasa aman.
Berlari di ajalan-jalan kota kian temukan nestapa.
Bila wabah-wabah mengintai di kala tiada pencerahan.
Hanya kebuntuan menunggu kebingungan kita datang menyapa.
Manusia berlomba mencari cara mengurai tragedi.
Supaya nafas tak kian sesak, denyut nadi tak padam terhimpit.
.
Teka-teki peradaban terpecahkan, dimana telah takluk sang biang keladi.
Yang tersembunyi dari air dan tanah senyap bersemayam lalu menguntit
Zaman itu telah tidur panjang, begitu tak terusik
Tapi hari ini kepulan asap berpadu membuatnya bangkit.
Ancaman-ancaman langit itu kembali menghujam dengan pelik.
Hanya mampu kita bungkam mulut dan hidung ini dengan sengit.
Ini zaman PD bukan,ya? 😶 banyanganku Eropa
BalasHapusBenua mana ya ka? Puisinya menarik
BalasHapusTepat mbak nio. Tapi waktunya sebelum dua perang dunia....
BalasHapusJadi memang betul ini adalah benua eropa ...era 1800 akhir. Saat itu kebanyakan orang menganggap udara segala sumber penyakit
Jadi inget kisah penyakit hitam yak.
BalasHapusKeren
BalasHapusbagus puisinya..
BalasHapusBisa ke eropa-eropaan gitu ya... Hemmm
BalasHapus👍
BalasHapus👍😄
BalasHapusWah... Ngerii..
BalasHapusMasa yg cukup damai namun sedikit ada gejolak perang.. Kiranya begitu ya mas..